Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel "Tanpa Kata", Sebuah Interpretasi Filosofis

20 Juli 2018   10:15 Diperbarui: 20 Juli 2018   10:19 1587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang benar kesetiaan itu penting, tapi kesetiaan hanya salah satu instrumen agar hubungan "aman" dari gangguan pihak ketiga. Namun jika hubungan ini ingin sampai ke jenjang selanjutnya, atau bahkan sampai akhir hayat, setidaknya yang perlu dimiliki adalah komitmen. Inilah yang dipegang teguh oleh Sarisha yakni komitmen. Sarisha mengibaratkan sebuah bangunan rumah, kesetiaan diibaratkan sebagai atap yang akan melindungi penghuninya dari paparan sinar matahari dan air hujan, sedangkan komitmen merupakan fondasi utama dari sebuah hubungan. Karena rasa cinta bisa berubah dan kesetiaan bisa mengalami cobaan, jika fondasi hubungan sudah kokoh, sampai kapanpun hubungan ini berjalan dan bagaimanapun godaan datang, itu tidak akan melepaskan gandengan dengan pasangan.

Novel Tanpa Kita ingin menyampaikan sesuatu kepada kita semua bukan saja tentang pentingnya nilai komitmen tetapi pengorganisasian nilai dalam tumpah ruah bermacam nilai dalam zaman now ini. 

Paling tidak kita harus bisa membedakan mana yang esensial, periferal dan artifisial. Jangan sampai karena menemukan foto seronok di gadget pasangan yang diunduh dari internet maka pernikahan lantas bubar. Suatu kesalahan, (atau kesialan kena OTT),  yang sebenarnya sangat humane di zaman teknologi sekarang ini.

Thanks, Endry! I couldn't agree more!

(Cinta memang harus tanpa syarat tetapi kita harus mencintai dengan bijak!)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun