Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tiga Kesalahan Orang Kerja soal Dana Pensiun

15 Juli 2018   22:04 Diperbarui: 16 Juli 2018   12:05 4670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita semua sepakat. Biaya hidup semakin mahal dan meningkat dari tahun ke tahun. Tentu, termasuk biaya hidup di masa pensiun nanti. Sementara semua orang kerja pun sepakat, mereka ingin hidup nyaman dan sejahtera di masa pensiun. Namun, kenyataannya, banyak orang kerja melakukan kesalahan dalam menyiapkan dana pensiun.

Masa pensiun sejahtera itu penting. Tapi jauh lebih penting untuk mulai menyisihkan dana pensiun untuk masa pensiun. Karena pensiun, cepat atau lambat, pasti akan dialami setiap orang yang bekerja.

Setidaknya ada 3 kesalahan orang kerja soal dana pensiun. Apa saja kesalahan tersebut dan bagaimana cara menyiasatinya?

#1. Tabungannya tidak cukup

Banyak orang menyangka tabungannya cukup. Padahal, inflasi yang terjadi beberapa puluh tahun ke depan pasti membuat tabungan tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Misal tabungan Rp. 100 juta hari ini, mungkin hanya bernilai Rp10 juta di masa pensiun nanti. Apalagi tabungan punya suku bunga rendah dari angka inflasi.

Maka solusinya, harus ada alokasi untuk dana pensiun dari sekarang. Di samping memberikan "return" yang sesuai dengan piihan investasi yang dipilih, dana pensiun pun uangnya hanya dapat dicairkan saat pensiun tiba. Dana pensiun, bikin orang kerja disiplin dalam mempersiapkan masa pensiunnya.

#2. Tidak siapkan dana pensiun sejak muda

Faktanya, tidak banyak orang kerja yang menyiapkan dana pensiun sejak muda. Berapa banyak orang kerja di usia 25 tahun yang sudah punya program dana pensiun? 

Baik ikut dari tempat kerjanya atau atas inisiatif sendiri untuk ikut program dana pensiun. Kebanyakan orang kerja di usia muda lebih sibuk belanja kebutuhan yang gak terlalu perlu. Atau membeli aksesori untuk gaya hidup yang keren. Hinga mereka lupa mempersiapkan masa pensiun, suatu masa di saat mereka tidak bekerja lagi.

Maka solusinya, milikilah program dana pensiun sejak muda. Karena di dana pensiun, semakin muda dan lama menyisihkan dananya maka semakin banyak pula uang yang terkumpul. Biar sedikit menabung untuk dana pensiun, nantinya akan menjadi "bukit" di masa pensiun.

#3. Tidak tahu target dana terkumpul saat pensiun

Orang kerja saat ini hanya bisa mencari uang. Tapi gak tahu, berapa target dana yang cukup untuk masa pensiun? Wajar, orang kerja zaman now sering terlibat masalah keuangan. 

Entah akibat hutang atau membeli sesuatu atas dasar "ingin" bukan "butuh". Padahal, setiap orang kerja pastinya membutuhkan 70%-80% dari gaji terakhirnya di masa pensiun. Itu artinya, bila gaji terakhir Rp. 10 juta maka saat pensiun dibutuhkan dana Rp. 7-8 juta untuk bisa memenuhi kebutuhan dan gaya hidupnya.

Maka solusinya, berusahalah mencapai 70%-80% dari gaji terakhir di masa pensiun. Tentu caranya dengan mengikuti program dana pensiun yang ada di pasaran. Orang kerja harus tahu dana yang harus dicapai saat pensiun, harus tahu instrumen investasi yang pas untuk dana pensiunnya, dan harus tahu berapa dana yang harus disisihkan untuk mencapai tujuan keuangan di masa pensiun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun