Proses pembelajaran di kelas yang monoton dan membosankan, harus diakui lebih banyak disebabkan oleh lemahnya sikap guru dalam mengajar. Siswa yang malas mengikuti pelajaran tertentu lebih banyak dipengaruhi oleh sikap guru yang acuh terhadap mata pelajarannya sendiri. Kondisi ini menjadikan siswa tidak bergairah, under estimate saat mengikuti pelajaran di kelas. Konsekuensinya, siswa tidak memiliki kesadaran dan pemahaman akan pentingnya mata pelajaran yang diajar guru tersebut.
Berawal dari sikap ini pula, pada gilirannya guru enggan mengikuti "peningkatan keprofesian berkelanjutan (PKB)". Upaya pengembangan diri guru yang tidak optimal jelas menjadi penghalang guru untuk menjadi guru profesional.Â
Rendahnya minat dan kemampuan publikasi ilmiah adalah masalah serius. Maka, karya inovatif yang dihasilkan guru pun tidak memadai. Semua itu bersumber pada sikap guru yang terbilang 'malas" meningkatkan keprofesian berkelanjutan. Upaya membenahi sikap guru dalam mengajar menjadi sangat penting. Sikap guru merupakan cerminan kualitas dan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran.
 Oleh karena itu, lima indikator penting bagi guru untuk membenahi sikap dalam mengajar antara lain:
  1) memiliki orientasi pembelajaran yang bersifat praktis, bukan teoretik,
  2) menjadkan belajar sebagai sarana siswa memperoleh pengalaman,
  3) berorientasi pada kompetensi siswa,
  4) mampu menyederhanakan materi pelajaran, dan
  5) memiliki metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Jika demikian, guru pantas 'ditiru" apabila memiliki sikap dalam pembelajaran yang dapat diteladani.
Sebagai penutup, guru yang layak digugu dan ditiru pada dasarnya pasti dapat direalisasikan. Sejauh dilandasi kompetensi dan sikap guru yang positif dalam mengajar. Maka guru, memang pantas digugu dan ditiru siswanya.Â