"Abi, kita mau ke mana lagi. Aku mulai capek nih jalannya pindah-pindah, muter-muter" komen anakku Farah.
"Iya Nak, gak apa-apa capek sedikit. Kan kita dalam perjalanan. Nikmati aja ya Nak. Biar kamu tahu dan nanti bisa mengartikannya sendiri" jawabku sederhana.
Bolehlah, perjalanan apapun disebut sebagian dari proses hijrah. Hijrah dari keadaan yang belum baik menjadi lebih baik. Mumpung masih suasana lebaran. Saling bermaafan dan tidak meremehkan orang lain pun bagian dari hijrah. Karena hijrah, tentu  bukan soal baju putih atau kopiah. Tapi hijrah adalah hati, pikiran, dan perbuatan.
Hijrah pun dapat diartikan perubahan.
 Berubah untuk lebih baik, intinya. Karena siapa tahu, selama ini kita sebagai pribadi atau anggota masyarakat sering kali dirasuki perasaan dan perilaku yang gak pas. Sering iri, dengki, penuh hujatan dan bahkan dendam. Semua itu patut diubah, berhijrah. Bahkan dalam hal ibadah dan amaliah pun perlu perubahan. Kan gak mungkin, hidup di usia tersisa begitu-begitu saja. Tentu harus lebih baik dari yang kemarin. Apalagi gemblengan bulan puasa sudah melatih kita untuk bisa hijrah. Hijrah dari biasanya perut kenyang dan gak mampu menahan diri menjadi merasakan lapar dan harus menahan diri.
Di zaman now, di peradaban sekarang. Memang semangat "hijrah" dan "berubah" patut dikedepankan lagi. Buat siapapun, untuk apapun. Agar kita tidak jadi jumawa dengan keadaan yang "dianggap" permanen oleh kita sendiri. Padahal, Allah SWT maha berkehendak. Semua yang ada dan dijalani manusia adalah berkat rahmat Allah. Bukan berkat lain-lainnya, termasuk manusia bukan apa-apa.
Hijrah, adalah mau dan bersedia berubah.
Siapapun manusianya. Tidak boleh berhenti berpikir, bergerak, dan mencari cara menuju kehidupan yang semakin baik, semakin maju, dan tetap progresif. Bukan malah lebih buruk, Â berpikir mundur, dan bertindak regresif. BERUBAH, itulah hijrah.
Lalu, gimana cara hijrah?
Sederhana sekali untuk hijrah. Mumpung masih lebaran. Ini momentum pas buat hijrah. Mulailah dari hal kecil dan diri sendiri. Gak usah nuntut presiden, negara untuk hijrah bila kita sendiri gak mau berubah.
Hijrah kecil itu gak usah mencaci maki, mwmbenci, menghujat, apalagi fitnah. Gak perlu membicarakan kejelekan orang lain. Orang yang hijrah itu kebih banyak "melihat ke dalam" bukan "menengok ke luar". Memperbanyak muhasabah, intropeksi diri. Itu pun hijrah.
Hijrah itu berubah. Berubah untuk menghendaki peningkatan, baik sedikit atau besar. Dari kondisi sebelumnya ke kondisi baru yang lebih baik. Maka hijrah harus dilandasi niat, lalu mau melaksanakannya.
Penting, membangun semangat hijrah hari ini. Karena tidak ada keadaan yang permanen. Bahkan tidak ada pula manusia yang jahat atau tidak baik melulu. Tidak ada yang permanen dalam salah dan buruk. Seperti kata bijak: Lebih baik saya terhina karena melakukan kesalahan daripada saya terhormat tapi tidak melakukan apa-apa."
Hidup siapapun itu bergerak cepat. Maklum zaman now. Banyak yang tidak terduga. Manusia yang dinamis harus siap dan mau untuk hijrah. Siap berubah untuk levih baik. Seperti kata cendekiawan Muhammad Iqbal, "sekali berhenti, berarti mati." selamat berhijrah, ciamikk #CatatanPerjalananIdulFitri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H