Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Romantisme Puasa; Sahur Tempe Buka Ikan Asin

16 Mei 2018   23:44 Diperbarui: 16 Mei 2018   23:54 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sebel deh, cowok gue gak romantis banget"' begitu kata cewek ABG mengeluh.

Emang kalo romantis itu harusnya ngapain sih? Ngasih bunga gitu. Atau ngasih coklat sama cincin emas. Atau foto bareng biar kayak orang-orang. Ahh, itu mah romantisme yang sempit.

Emang sih, romantis itu artinya mesra; mengasyikkan. Dan biasanya ada hubungannya dengan cinta. Tapi romantis itu gak harus orang, gak harus manusianya. Suasana hati dan pikiran juga boleh kok romantis.

Seperti di bulan puasa yang penuh romantisme.

Sahur boleh menunya tempe. Dan buka puasa cuma pakai ikan asin. Tapi kalau cara-cara puasanya bersemangat, penuh gairah dan mengasyikkan seperti ulama. Itu sudah cukup jadi romantisme puasa.

Puasa itu romantis. Karena berpuasa dasarnya cinta. Cinta pada Illahi Rabbi, Sang Maha Pencipta. Hanya di bulan puasa, tiap manusia sering "tenggelam" dalam bujuk rayu Sang Ilahi. Dari subuh, hingga petang bahkan malam, selalu ingin bermesraan dengan-Nya. Suasana dan gairah yang sulit dilakukan pada bulan-bulan lain selain bulan puasa.

Romantisme itu dianggap metode merayu yang memikat. Harus mampu menawan hati target-nya. Barat coklat dibikin sampe meleleh. Membuai hingga sang target terlena, bersandar di bahunya ...

Begitu pula romantisme puasa.

Ini soal kemauan kita untuk bermesraan dengan-Nya. Keinginan manusia untuk selalu dekat dengan Sang Khalik yang mencipatkannya. Bersenggama tiada henti, untuk selalu menyebur asma-Nya. Begitu romantis, antara kita manusia dengan sang pencipta. Ada di bulan puasa.

Bukan sebaliknya, kita malah gagal menawan hati target-nya. Gagal mendekatkan diri kepada Sang Khalik di bulan puasa. Apalagi di bulan-bulan lainnya. Jika begitu, persis kita seperti "si raja gombal". Mengaku mencintai-Nya, tapi di saat yang sama terlalu mudah melupakan-Nya.

Romantisme itu gak melulu soal rasa. Tapi juga harus punya sikap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun