Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Romantisme Puasa; Sahur Tempe Buka Ikan Asin

16 Mei 2018   23:44 Diperbarui: 16 Mei 2018   23:54 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sikap untuk tetap harmonis, menjaga keseimbangan. Karena gakk ada manusia yang sempurna. Jika ada kelebihan pasti ada kekuarangan. Jika ada suka pasti ada duka. Jika ada musim kering pasti ada musim subur. Saling mengisi, saling melengkapi. Itu baru romantisme.

Persis, seperti di bulan puasa. Sebut saja "romantisme puasa".

Pagi hingga sore kita menahan rasa lapar dan haus. Lalu tiba waktunya berbuka puasa. Di malam hari pun, khusyuk sholat tarawih dan tadarus Al Quran. Siang hari bekerja, malam hari ibadah. Sebelumnya tukang ngomong, kini menjadi tukang merenung. Tukang komen jadi tukang introspeksi diri. Itulah romantisme berpuasa. Mampu menahan diri, selalu ikhtiar menjaga keseimbangan.

Romantisme puasa.

Kemarin, mungkin kita punya catatan yang mengecewakan dan menyakitkan. Hidup penuh keluh kesah, kebencian hingga kemarahan. Biarkan itu semua ada di "kantong sebelah kiri yang berlubang".

Sebaliknya, mungkin kita juga punya catatan indah dan menyenangkan. Menebar kebaikan, penuh toleransi, dan gemar berbuat baik. Maka biarkan pula semua itu ada  di "kantong sebelah kanan yang tidak berlubang".

Apa artinya romantisme puasa?

Sungguh tidak lain, Tentang pentingnya menyimpan semua yang baik dan indah dalam hidup kita di "saku yang tidak berlubang". Agar tidak satupun yang baik hilang dari hidup kita. Romantisme puasa pun, menyuruh kita menaruh semua hal yang buruk dan menyakitkan di "saku yang berlubang". Agar keburukan itu mudah jatuh dan hilang.  Agar kita tidak perlu mengingatnya kembali.

 

Setiap manusia pasti punya romantika.

Maka bulan puasa pun pantas menjadi bulan romantika. Bulan suci untuk muhasabah diri; menghitung-hitung lebih banyak baiknya atau buruknya. Mulai dari pikiran, sikap, dan perilaku. Lebih sering baik atau buruk? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun