Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Emansipasi itu Sikap, Bukan Ambisi (Renungan Hari Kartini)

21 April 2018   19:27 Diperbarui: 21 April 2018   19:53 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Emansipasi zaman now itu sikap, bukan ambisi.

Harusnya wacana tentang emansipasi dan kesetaraan wanita, seperti yang diperjuangkan RA Kartini sudah usai. Udah kelar. Karena apa yang diperjuangkannya dulu, kini telah jadi kenyataan.

Terus kartini-kartini zaman now, mau ngapain lagi?

Kartini zaman now itu Kartini milenial. Wanita karier, wanita yang pergi pagi pulang malam. Penuh etos kerja hingga mampu meraih jabatan hingga harta. Sama sekali sudah gak isu lagi. Bahkan kaum wanita yang cerdas dan berpendidikan tinggi pun bertebaran di mana-mana. Lagi-lagi, udah gak isu. Zaman now, semua wanita sudah setara dengan laki-laki.

Kartini zaman now udah hebat-hebat.

Indikatornya sederhana saja. Dulu di kabinet, namanya "Menteri Urusan Wanita". Berarti segala sesuatu yang berurusan dengan perempuan harus diatur, harus dibela. Tapi sekarang, nama menterinya adalah "Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak". Itu artinya, apa sebenarnya yang harus dilakukan setelah perempuan berdaya dan bagaimana perempuan memandang anak?

Sejarah Islam sudah membuktikan.

Ada wanita-wanita sesat yang akhirnya gak bisa dibela oleh suaminya, seperti istri Nabi Nuh, istri Nabi Luth. Mereka terkena petaka karena ulahnya. Tapi ada wanita-wanita henat seperti Siti Hajar yang tangguh, Siti Aisyah bahkan Zulaikha yang semasa hidupnya mengemban amanat yang mulia semasa di dunia untuk keperluan akhirat.

Jelas sudah. Wanita zaman now adalah sikap bukan ambisi. Makna hari kartini itu membangun sikap, bukan membangun ambisi.

Kartini zaman now, patut mawas diri. Patut eling lan waspada. Karena menjadi wanita yang sukses, pintar dan kaya nyatanya tidaklah susah. Tapi menjadi wanita yang solehah, wanita yang sadar bahwa "ada di dunia" untuk "tetap ada di akhirat" patut dikedepankan.

Karena hari ini. Berapa banyak wanita yang terlalu mudah lupa kewajibannya akibat mengejar urusan dunia. Berapa banyak wanita yang bekerja dan berpendidikan. Tapi saat yang sama mereka gagal mengembang amanah sebagai ibu sekaligus istri untuk keluarganya.

Maka wanita zaman now. Sepertinya harus mereposisi diri, yang semua orientasi dunia berubah menuju orientasi akhirat. Bukan lagi jadi wanita yang sibuk memerdekakan diri sendiri dari berbagai obsesi dan mimpi. Tapi wanita yang tetap "membumi" menjalankan peran dunia sebagai jembatan menuju akhirat. Wanita tidak lagi fisik material tapi wanita yang lebih batin ruhaniah.

Kartini zaman now. Kartini era milenial. Kaum wanita yang tetap dalam fitrahnya lagi mampu menyelaraskan hak dan tanggung jawab sebagai hamba Allah. Itu sudah cukup.

Kartini zaman now. Bukanlah mereka yang berjuang untuk emansipasi lalu menyalahgunakannya sebagai kedok 'kebebasan'. Karena emansipasi bukanlah pemberontakan wanita terhadap kodrat kewanitaannya.

Jika hari ini. Masih ada anak-anak yang kesepian hingga terlibat narkoba. Jika hari ini masih ada anak-anak yang dicaci maki ibunya karena ia merasa sudah berjuang mati-matian untuk anaknya. Bahkan jika hari ini, masih ada anak-anak yang "terluka hatinya" karena ibu mereka. Itu tanda bahwa Kartini hanya sebatas ambisi bukan sikap.

Kartini itu sikap, emansipasi pun sikap. Bukan ambisi

Tidak akan pernah ada pada kaum wanita yang mampu berkata "ya" kepada orang lain. Tapi mudah berkata "tidak" untuk keluarganya.

Kartini zaman now hampir lupa.

Bahagia itu bukan hanya di dunia tapi harus diperjuangkan hingga akhirat. Kebahagiaan itu bukan mereka yang ciptakan. Bukan pula pemberian Tuhan untuknya. Karena bahagia adalah perjuangan yang direstui oleh Tuhan.

 Jadi sungguh, Kartini adalah sebuah sikap bukan ambisi.... ciamikk. #SelamatHariKartini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun