Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia Dibilang Bubar dan Kaum Sarungan

25 Maret 2018   23:00 Diperbarui: 25 Maret 2018   23:09 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

"Bagai menghasta kain sarung", begitu kata peribahasa. Banyak orang suka melakukan pekerjaan yang sia-sia; gak menghasilkan apa-apa. Begitu kira-kira artinya.

Belum apa-apa, Indonesia udah dibilang bakal bubar tahun 2030. Lha kok bisa?

Orang zaman now, mungkin, udah gak suka pake sarung. Jarang sarungan. Jadi gak bisa menahan diri lagi, gemar dengan yang sia-sia.

Pidato kalo jadinya bikin gaduh buat apa. Berkata-kata kalo cuma mau bilang pengibuan juga buat apa. Negeri ini banyak sia-sia. BISA JADI, UDAH JARANG SARUNGAN.

Sarung atau sarungan. Bukan soal harga atau prestise. Tapi soal nilai-nilai. Nilai untuk menahan ego, nilai untuk menjaga keutuhan bangsa biar gak bubar. Sarungan itu ada adabnya, ada akhlaknya.

Pakai sarung berarti mau menahan diri. Karena yang ada di dalam sarung itu "sesuatu" yang berbahaya. Keris, pistol pun ada sarungnya. Disarungi, agar tidak bahaya buat orang lain. Maka sarungan itu untuk menahan apa-apa yang ada di dalamnya. Tidak untuk diperlihatkan dan dipamerkan ke orang lain. Sayang sekali, mulut gak ada sarungnya?

Orang yang sering sarungan. Harusnya mampu menjaga diri. Menjaga diri dari nafsu berkuasa, nafsu dunia. Bahkan mampu menjaga orang lain agar tidak mendapat keburukan darinya. Makanya sarungan, agar gak cidera atau menciderai.

Sarung itu hanya simbol. Agar lebih legowo dan mau menerima realitas. Karena siapapun, orang besar atau orang kecil sama saja bila pakai sarung. Sarung gak pernah membeda-bedakan ukuran. Semua cocok dan pas bila pakai sarung.

Jangankan ke masjid atau di rumah. Sarung juga pantas dipakai ke undangan, ke tempat kerja atau ke sawah sekalipun. Ngobrol pakai sarung pantes, main bola pakai sarung pun bisa. Walimahan pakai sarung juga pantes. Sarung emang keren.

Zaman now, banyak orang panasan. Banyak yang nafsuan. Banyak yang sombong, banyak yang pengen berkuasa. Mungkin mereka udah lupa pakai sarung. Sehingga hidupnya dikuasai ego, dikuasai nafsu. Maunya, mengalahkan orang lain. Membenci orang lain lalu menghujat. Bahkan gemar menindas orang yang kecil, orang yang gak mampu.

Maka pakailah sarung. Agar bisa menahan diri, bisa menjaga apa-apa yang berbahaya. Bukan asal omong, asal celoteh. Susah bangsa maju, kalo dasarnya benci dan gak suka orang lain.

Sekarang emang zaman digital, zaman edan. Tapi bukan berarti, melupakan sarung. Karena sarung, itu tempat singgah kita yang paling apa adanya, paling asli. Sarung, bisa bikin kita singgah sebentar di masa lalu. Tapi lebih banyak bersiap untuk masa depan, masa jelang kematian tiap anak manusia. Agar lebih rajin ibadah, rajin berbuat dan menebar kebaikan....

Pakailah sarung, biar adem. Dan jangan lupa, sarung itu gulungannya di depan bukan di belakang. Biar gak kebanyakan mengingat masa lalu. Tapi lebih fokus ke masa depan...salam sarungan nan ciamikk #KaumSarungan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun