Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selalu Ada Dua Sudut Pandang

16 Maret 2018   06:52 Diperbarui: 16 Maret 2018   08:11 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia, boleh ke kiri boleh ke kanan. 

Itu artinya selalu ada dua sudut pandang. Beda cara, beda pemahaman, maka beda sikap. Objek sama pun bisa terlihat terang

Tapi ada juga yang melihatnya gelap. Ada yang melulu bicara dunia, ada pula yang melulu akhirat. Sudut pandang kita tidak sama. 

Dua sudut pandang.

Buat pecinta dunia. Maka kehilangan harta,  pasti dilihat sebagai musibah. Saat dimusuhi kawan, pasti merasa kecewa. Ketika sakit, pasti merasa sedang mendapat ujian.

Tapi buat pecinta bukan dunia. Berbeda cara pandangnya. Saat kehilangan harta, kita malah bersyukur karena harta itu yang membuat kita lupa selama ini. Saat dimusuhi kawan, kita bersyukur karena Allah tunjukkan sifat aslinya. Ketika sakit, kita bersyukur karena itu bagian dari peleburan dosa yang telah diperbuat begitu lama.

Jadi, gak usah khawatir. Karena selalu ada dua sudut pandang. Karena manusia tidak sama.

Jika Allah itu sumber kebaikan, maka keburukan tidak akan pernah datang dari-Nya. Sebaliknya, jika kita merasa hidup dalam kegelapan maka tidak akan pernah ada cahaya yang diberikan-Nya.

Selalu ada dua sudut pandang.

Gelap atau terang. Optimis atau pesimis. Negatif atau positif. Tetap sepi di keramaian, atau ramai di kesepian.

Maka ketahuilah. Selalu ada dua sudut pandang. Cara lihat yang berbeda dari objek dan masalah yang sama. Sehingga sikap dan perilaku pun menjadi beda. Pahamilah keadaan itu agar tetap bisa realistis. Nikmatilah yang ada, jalanilah prosesnya...

Tapi ada 1 yang pasti. Allah selalu berikan yang pas untuk kita, untuk tiap manusia. Sesuai sudut pandang kita, sesuai kadar pemahaman kita. Agar kita selalu sadar. Bahwa tiap kejadian dan fakta selalu ada pelajaran di dalamnya, selalu ada hikmahnya. 

Manusia itu, bisa "sabar" dulu baru diminta "bersyukur". Ada pula yang "bersyukur" dulu setelah itu harus "sabar". Maka selalu ada dua sudut pandang.

Dua sudut pandang.

Berbeda pendapat. Beda pilihan. Beda cara tafsir. Beda partai. Beda idola. Tentu, bukan soal benar atau salah. Tapi soal rasa dan pikir yang ada pada diri kita "dipandang" dari sisi yang berbeda.

Kita memang tidak sama. Sekali lagi, tidak sama. Maka jalanilah. Karena selalu ada dua sudut pandang di dekat kita, di sekitar kita .... Ciamikk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun