Dunia medsos tiba-tiba gempar. Pasalnya, ada wacana Pakde Jokowi ingin "disandingkan" dengan Pak Prabowo di pilpres 2019. Mungkin, ada yang setuju. Tapi pasti lebih banyak yang gak setuju. Namanya berpendapat boleh-boleh saja. Gak ada yang larang, silakan saja dibikin ramai biar agak "hot" gitu...
Seperti anak muda, anak kuliahan.
Kalo udah lama pacaran, mereka juga pengen bersanding. Pengen naik ke pelaminan. Biar jadi penganten, kayak pasangan yang tua-tua. Bersanding, katanya biar bisa mengikat janji sehidup semati. Cuma sayang, mereka belum berani. Karena gak punya uang buat married. Gak punya rumah buat berteduh sehabis married. Atau lagi mikir-mikir, karena belum cocok bener.Â
Itulah dua contoh tentang "bersanding". Tapi sayang lagi, semua itu hanya diukur secara fisik. Pakde Jokowi bersanding Pak Prabowo. Anak muda yang pacaran mau bersanding ke pelaminan. Ahhh... itu cuma ukuran fisik doang. Suka gak suka cuma sebatas fisik, materialnya aja.
BERSANDING. Secara bahasa, memang artinya "berjajar atau berdampingan", ya seperti pasangan penganten yang berdampingan. Duduk bersebelahan. Begitulah bersanding kalo dilihat secara fisik.
Tapi kalo udah berdampingan, udah bersanding mau ngapain? Nah, itulah yang harus dicermati. Bersanding itu hanya simbol. Bukan cuma urusan fisik. Bersanding itu moral. Spirit agar jadi isyarat akan perlunya keseimbangan dalam hidup. Â Penganten yang bersanding itu fisik. Tapi secara moral, mereka bertekad menciptakan keseimbangan dalam hidup. Saling mengayomi, saling mencintai. Agar seimbang, tidak bertepuk sebelah tangan.
Bersanding itu untuk keseimbangan. Seimbang ke atas, seimbang ke bawah. Seimbang ke kiri, seimbang ke kanan. Jangan nyolot dan nyinyir cuma urusan politik doang. Jangan nyolot nyari salah orang lain. Tapi lupa sama salah dirinya sendiri.Â
Bersanding berarti menjaga keseimbangan. Biar gak monoton. Buat apa kerja melulu tapi gak bisa menikmati. Buat apa ngerjain kewajiban terus tapi gak pernah mikiran hak. Untuk apa kita ngumpulin harta tapi gak pernah berbagi. Hukumnya kan ada gembira ada sedih. Ada yang ganteng ada yang jelek. Sederhana kok, biar seimbang. Karena kita butuh keseimbangan. Itu pasti.
Bersanding biar seimbang. Gak mungkinlah kita hanya mengejar dunia melulu. Tanpa mau memikirkan akhirat. Emang mau ke mana sih, mikirin dunia terus? Semua orang kerja itu pasti ada pensiunnya kok.
Allah itu hebat dan luar biasa.Â
Kita dikasih kelebihan agar cukup atau kaya. Kenapa? Kelebihan yang dimiliki manusia itu dikasih Allah untuk menutupi kekurangannya. Allah mau kita seimbang. Allah pun jaga keseimbangan kita. Lalu, mengapa masih ada manusia yang "enggan bersanding" dengan Allah?Â
Makanya ada "bersanding". Biar seimbang dalam hidup. Pikiran harus bersanding dengan hati. Tindakan bersanding dengan perkataan. Hasrat fisik seimbang dengan hasrat batin. Orang itu kalo ketawa melulu bisa gila. Tapi kalo sedih terus juga bisa sakit. Makanya butuh seimbang, harus bersanding.
Kenapa zaman now banyak orang stress, nyinyir melulu. Galau gelisah resah mendesah. Bahkan gak bisa terima orang lain berbuat yang baik. Karena oeang itu hidupnya gak seimbang. Jarang bersanding di berbagai realitas kehidupan. Fantasinya lebih dominan dari realitas. Sudahlah, "apa adanya" saja. Gak usah pengen "ada apanya".
Bersandinglah sekarang. Buatlah seimbang. Jangan membaca melulu tanpa mau menulis. Jangan berbicara melulu tanpa mau  mendengar. Hidup itu, ada plus ada minus. Ada suka ada duka. Ada setuju ada gak setuju. Itu semua makan bersanding; seimbang. Agar tercapai rasa saling pengertian antara dua kutub yang berbeda dalam hidup kita, dalam diri kita.
Hidup normal saja itu baik. Tapi jauh lebih baik, hidup seimbang. Lahir maupun batin, dunia maupun akhirat. Selamat bersanding sahabat .... ciamikk #Bersanding #HidupSeimbang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H