Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mau Lurus atau Bengkok?

7 Februari 2018   21:29 Diperbarui: 8 Februari 2018   11:32 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti jalanan, ada yang lurus ada yang bengkok alias nikung. Hidup dan apapun, seringkali dihadapkan pada dua pilihan. Ada yang setuju, ada yang tidak setuju. Ada plus ada minus. Ya, begitulah. Mau lurus atau bengkok, ya terserah kita aja.

Lurus - bengkok. Itu terserah kita.

Buat sebagian orang, pilihan itu agak susah. Bisa sumir atau memang dibikin sumir. Seperti di jalan, terkadang ada saja orang yang sulit menentukan arah. Wajar kalo akhirnya "nyasar". Gak hanya butuh ilmu, lurus atau bengkok juga butuh sikap dan kesadaran. Tapi tetap saja "terserah kita".

Sederhana saja. Lurus apa bengkok. 

Itu bukan pertanyaan. Tapi refleksi diri. Atau bolehlah dibilang muhasabah diri; menilai diri sendiri. Ibarat perjalanan, sebenarnya jalannya udah lurus atau masih bengkok? 

Tahun udah berganti. Banyak hal sudah berubah. Terus, kita gimana? Udah sampai mana? Dari mana sih kita dan hendak ke mana? Terus, besok mau apa?  Sederhana, tinggal dicek aja, tinggal dievaluasi. Masih lurus atau ada bengkok...

Ngomongin, lurus apa bengkok. 

Sebenarnya sih gak penting-penting amat. Artinya juga kita udah pada tahu. Lurus itu apa? Bengkok itu apa? Sangat jelas.

Cuma kadang, realitasnya bisa beda.

Maklum zaman now. Gak sepenuhnya "apa adanya". Suka ada yang direkayasa. Seperti foto, kadang di-cropping dan di re-touch biar tampak lebih indah, lebih cantik atau lebih ganteng.

Seperti lurus apa bengkok.

Kadang ada yang lurus terlihat bengkok. Ada yang bengkok tapi terlihat lurus. Atau harusnya gak boleh juga orang lurus "dibikin" bengkok. Sedangkan orang bengkok "berteriak" lurus.

Kembali ke lurus apa bengkok. 

Siapapun, bisa lurus asal gak "sak karepe dhewe", tidak semau gue. Sebaliknya, bengkok pun segera diluruskan asal mau sadar dan memperbaiki diri. 

Buat sebagian orang, DUNIA katanya sangat mudah ditaklukkan. Tapi buat sebagian lagi, dunia itu cuma "jalan" menuju AKHIRAT. Apalah yang dipunya di dunia. Harta, jabatan, pangkat dan kekuasaan sekalipun, bisa jadi, gak mampu mengubah nasib sebagian manusia di akhirat. 

Sungguh, lurus apa bengkok. Ada di tangan si manusianya. Ada di pikiran, sikap dan perilaku orangnya. Bukan di orang lain.

Tentu kalo harus memilih. Lurus lebih baik daripada bengkok. Karena LURUS, kita hanya butuh orientasi akhirat dalam hidup. Sementara BENGKOK, kita cukup jadikam cinta dunia adalah segalanya.

Lurus atau bengkok. Sungguh ada di tangan kita. Manusia boleh bilang TIDAK atas apa yang diinginkan. Tapi Allah pasti berkata YA  atas apa dibutuhkan.

Yukk, luruskan diri kita ... ciamikk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun