Zaman now itu.
Makin banyak orang yang gak mau ikut merasakan apa yang dialami orang lain. Dia hanya mau ngurusin perasaannya sendiri, ngurusin pikirannya sendiri. Karena prasangka.
Zaman now itu sering lupa. Manusia sebagus apapun akhlaknya dan sehebat apapun akalnya. Sama sekali gak berguna bila selalu direcoki oleh prasangka buruk.
Zaman now, prasangka merajalela.
Gak bisa lagi berpikir objektif. Gak bisa lagi bersahabat dengan realitas. Maunya berseberangan, maunya bertolak belakang. Seperti warga medsos, hari ini dan hari-hari ke depan. Makin "kehilangan kekuatan" untuk bersama-sama.
Kita ingin baik, kita ingin bagus. Tapi kita juga lupa. BAHWA TIDAK ADA PERADABAN BAIK YANG DIBANGUN OLEH PRASANGKA BURUK.
Peradaban baik bukan soal untung rugi. Bukan soal sepaham atau tidak sepaham. Peradaban baik hanya soal spirit, soal sikap yang "dituang" ke secangkir perilaku.
Susah memang. Berpikir objektif. Susah memang. Membuang prasangka buruk.
Tapi itu bukan berarti, kita gak boleh jadi orang baik. Karena orang baik, tidak harus sempurna di mata siapapun. Tapi dia gak pernah berhenti mencari cara untuk memperbaiki diri.
Baik itu seperti senja; gak pernah berduka walau menunggu waktu untuk tenggelam. Senja gak pernah berteriak bahkan meminta tolong walau hendak "menghilang".
Prasangka baik maka peradaban baik. Itu bisa terjadi, bukan dilihat dari kerasnya kita membaca kitab suci. Tapi dari konsistennya kita menjalankan apa yang kita baca. Tanpa ada prasangka buruk sedikitpun.