Gak tahu kenapa? Zaman now makin banyak orang sok tahu.
Pantes ada orang berantem cuma gara-gara langit.
Yang satu ngotot, bilang langit itu warnanya biru. Yang satunya lagi ngeyel, bilang langit itu warnanya putih biru. Mereka berdebat, adu argumen. Biar kelihatan kayak orang pintar. Maklum zaman now, penting banget orang "merasa" pintar. Karenn hanya oranng pintar emang, yang omongnya banyak. Dan gak mau mengalah. Langit aja sampe diomongin, dikasih langit oleh-Nya bukan disyukuri malah dibawa diskusi. Zaman now emang makin banyak oraang sok tahu. Kebawa-bawa dunia politik kali ya.
Emang, siapa sih yang bilang warna langit itu biru?
Manusia itu gak pemah dan gak akan tahu kok warna langit yang sesungguhnya. Karena itu ciptaaan Yang Maha Kuasa. Terus kalo waranya biru juga kenapa? Kalo bukan biru, kenapa? Kok pada ngotot, ngeyel.
Terlalu cepat menyimpulkan.
Begitulah orang zaman now. Cuma karena perasaan atawa pikirannya sendiri. Padahal gak tahu banyak. Tapi terlallu mudah menyimpulkan. Seakan bebas mau bicxara apa saja. Beginilah begitulah, bakal beginilah bakal begtulah. Sok tahu. Tentang apapun, soal apapun.
Kata Emha Ainun Najib, manusia emang suka terburu-buru. Buru-buru menyimpulkan, buru menyalahkan. Buru-buru menyebarkan berita yang belum tentu benar. Lupa ya, kalo kebenaran itu sesungguhnya tersembunyi di beberapa sisi. Bisa di sisi kamu, bisa di sisi saya, bisa juga di sisi mereka. Atau di sisi kebenaran itu sendiri.
Menyimpulkan lalu memvonis.
Bilang si ini orang baik, si itu orang jahat. Si ini zolim si itu gak zolim. Si ini sesat si itu gak sesat. Lupa ya, kalo realitas itu terjadi atas kehendak-Nya. Bukan karena pikiran kita.
Payah emang orang sekarang. Sering terlalu cepat menyimpulkan.
Sudahlah. Di negeri ini, di kota ini. Apapun yang terjadi terima saja. Ada bagian yang diurus sama manusianya kok. Dan ada bagian yang bukan urusan manusia lagi. Lagi pula, apa yang kelihatan baik hari ini belum tentu baik untuk esok. Apa yang dirasa buruk hari ini, belum tentu pula buruk untuk esok.
Asal eling aja. Gak semua yang kita lihat, yang didengar, yang kita rasakan bisa disimpulkan. Apalagi cuma mengandalkan otak dan akal manusia, yang tentu berbatas. Sekali lagi, gak semua bisa disimpulkan. Apalagi atas dasar ketidaksenangan atau subjektivitas.
Terkadang, kita perlu membiarkan suatu gejala atau kejadian tetap berdiri sendiri-sendiri. Sehingga kita bisa belajar dan mengambil hikmahnya.
 Kadang, memang beda tipis. Antara terlalu cepat menyimpulkan dengan sok tahu. Dua-duanya gak ada yang bener. Lalu, apakah tulisan ini harus disimpulkan. Tidak, saya hanya menulis. Dibaca syukur, jika gak dibaca pun tidak masalah. Jadi, tetaplah waspada agar kita gak ikut-ikut sok tahu .... Maklum ini udah mau masuk tahun politik lagi .... Ciamikk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H