Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Mau Lurus atau Bengkok?

6 Januari 2018   08:26 Diperbarui: 6 Januari 2018   10:54 1897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Mau lurus apa bengkok?

Kaget sedikit aja. Pas baca istri wakil walikota Gorontalo tertangkap akibat narkoba. Kok bisa ya. Bukan penguasa, bukan pemilik jabatan. Cuma istri doang. Kecemplung di jalan yang bengkok, bukan jalan lurus.

Ya begitulah. Namanya manusia.

Kadang emang gak bisa bedain mana yang lurus, mana yang bengkok. Entah sumir, entah gak paham. Timbang lurus sama bengkok aja gak bisa bedain. Gimana coba kalo kayak gitu?

Bahkan banyak kasus di zaman now. Lurus dan bengkok sering dibolak-balik. Dituker dengan dalih logika, akal sehat. "Gak sedikit yang lurus malah dibikin bengkok. Sebaliknya, yang bengkok dikemas agar terlihat lurus". Anehnya lagi, ada tuh "orang lurus dibilang bengkok, sedang orang bengkok berteriak lurus".

Manusia pasti bengkok jalannya. Kalo udah terlalu cinta sama kehidupan dunia. Saking cintanya, logika dijadikan tuhan. Hawa nafsu diyakini sebagai agama. Wajar banget kalo akhirnya kejeblos. Karena gak bisa ngerem, kebablasan. Karena menganggap dunia itu segalanya buat dia.

Orang bengkok, selalu lupa dan terus-menerus lupa. Kuman penyakit yang tadinya tidak berbahaya itu berubah jadi kronis karena tumbuh di lingkungan yang buruk. Kekuasaan dan uang itu akan berbahaya kalo jatuh di gaya hidup dan hawa nafsu yang liar. Sak karepe dhewe.

Pantas, bertahan jadi orang lurus itu sulit banget di zaman now. Karena orang lurus sadar, hidup di dunia itu sementara doang. Maka selalu bersiap untuk mati dan nabung buat akhirat. Gaya hidup, hawa nafsu sebisa mungkin ditangkal. Sederhana, karena pengen tetap di jalan lurus. Gak ingin kejeblos di jalan bengkok.

Mau lurus apa bengkok?

Ya, itu cuma soal pilihan. Tiap orang bebas memilih, sebebasnya dia bicara atau komen. Dikit-dikit, kalo kata orang bule "depend on me" ajalah. Makan tuh "depend on me" hehe.

Adalah fakta, manusia selalu dihadapkan pada dua kutub yang bertolak belakang; mau baik atau buruk. Mau benar atau batil. Mau lurus atau bengkok. Semuanya, tergantung pada sikap, pikiran dan yang terpenting hati manusianya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun