Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benahi Pendidikan Karakter: Catatan Pendidikan IKA UNJ Tahun 2018

2 Januari 2018   14:10 Diperbarui: 2 Januari 2018   14:48 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

IKA UNJ (Ikatan Alumni Universitas Negeri Jakarta), dulu bernama IKIP Jakarta merupakan kampus dengan lebih dari 110.000 alumni yang berkiprah di dunia pendidikan. Memasuki tahun 2018 ini, ada banyak persoalan pendidikan yang belum tuntas di tahun 2017 bahkan menuntut kepedulian pemerintah beserta praktisi pendidikan.

Sepanjang 2017, sejumlah fakta pendidikan menyeruak dan tetap menghantui nasib pendidikan kita. Sebut saja, soal anggaran pendidikan yang meningkat 27,4% pada periode 2015 -- 2017 namun tidak merata di seluruh Indonesia. Wajib belajar 9 tahun yang belum kelar namun sudah diikuti wajib belajar 12 tahun. Angka putus sekolah yang masih tinggi. Bahkan yang terpenting, soal mutu dan kualitas tenaga kependidikan yang belum memadai.

Berangkat dari realitas itulah, IKA UNJ memandang penting untuk mengedepankan Pendidikan Karakter sebagai basis pengembangan dunia pendidikan di tahun 2018, di samping menjadi mengembalikan dunia pendidikan sebagai "kendaraan" untuk mengembalikan karakter bangsa Indonesia, dan karakter individunya yang santun, etis, toleran, dan menghargai perbedaan.


Hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) No. 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), yang bertujuan membangun dan membekali peserta didik dengan jiwa Pancasila dan mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter sebagai aspek fundamental.

IKA UNJ memandang pendidikan karakter, mau tidak mau, harus lebih dioptimalkan. Sebagai bagian untuk mengembalikan nilai-nilai dan jati didi bangsa Indonesia, di samping membentuk watak manusia Indonesia yang produktif, optimistik, dan mampu berkompetisi dengan mengedepankan akhlak dan budi pekerti yang luhur.

"Kami di IKA UNJ membuat catatan pendidikan tahun 2018 agar menjadi perhatian dan kepedulian akan pentingnya memperbaiki kebijakan dan praktik dunia pendidikan kita. Untuk itu, pendidikan karakter harus menjadi landasan utama. Sekolah dan pendidikan bukan untuk menggapai nilai akademis yang tinggi. Namun membentuk karakter siswa agar lebih ungggul dan produktif" ujar Dr. Juri Ardiantoro, M.Si, Ketua Umum IKA UNJ didampingi Sekjen Dr. Suherman Saji, M.Pd.

IKA UNJ memaparkan beberapa masalah dunia pendidikan yang perlu dikembalikan melalaui "mendidik karakter" antara lain sebagai berikut:

  • Adanya perilaku kekerasan, yang masih terjadi di sekolah umum dan kedinasan yang menodai tujuan pendidikan.
  • Tumbuhnya paham radikalisme dan krisis nasionalisme, yang berkembang di sekolah atau kampus sehingga mengkoyak nilai-nilai nasionalisme. Survei Alvara Research Center (2017) menyebutkan 23,5 persen mahasiswa dan 16,3 persen pelajar SMA setuju dengan terbentuknya negara Islam. Bahkan 23,4 persen mahasiswa dan 23,3 persen pelajar menyatakan rela berjihad demi tegaknya negara Islam atau khilafah. Survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP)  pun menyebutkan 25% siswa dan 21% guru menyatakan Pancasila tidak relevan lagi.
  • Plagiarisme, praktik penodaan dunia pendidikan yang masih terjadi dan sangat bertentangan dengan  prinsip norma dan etika akademik. Orientasi pendidikan yang berbasis nilai dan gelar menjadi kontraproduktif dengan karakter yang harus dijunjung tinggi.
  • Kontaminasi politik terhadap pendidikan, menyebabkan beban dunai pendidikan semakin berat akibat  "permainan kotor" yang terjadi di dunia politik. Pengalaman pemilu dan pilkada yang lalu menunjukkan entitas pendidikan menjadi "lahan rebutan" para politisi atau partai untuk kepentingan kekuasaan. Berapa banyak akademisi dan praktisi pendidikan yang "terpaksa disingkirkan" karena tidak berafiliasi dengan politisi atau partai tertentu?

 Untuk itu, IKA UNJ meminta semua pihak (Pemerintah, institusi pendidikan dan masyarakat) patut mengembalikan dunia pendidikan ke tujuan mulianya dan bertumpu pada penguatan pendidikan karakter. Rekomendasi pendidikan 2018 yang disampaikan IKA UNJ meliputi:

  • Tidak boleh lagi ada "kekerasan" di sekolah, semua pihak harus menyetop tindakan kekerasan dalam dunia pendidikan.
  • Tanamkan sikap nasionalisme sebagai basis pendidikan nasional. Tidak boleh ada sikap-sikap anti nasionalisme dan anti toleransi dalam dunia pendidikan.
  • Berantas tuntas tindakan plagiarisme dimanapun dan atas dalih apapun.
  • Junjung sikap netral dan objektivitas dunia pendidikan sepanjang tahun 2018 dari pengaruh politi, khususnya jelang perhelatan pilkada serentak di 171 daerah plus tahapan pemilu legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2019.

IKA UNJ menyadari, dunia pendidikan akan terus mengalami dinamika dan tantangan yang besar seiring berjalannya waktu. Namun satu hal yang penting harus dikedepankan hari ini, kembalikan dunia pendidikan untuk "menguatkan karakter" baik sebagai individu maupun bangsa. Caranya, "mendidiklah dengan karakter" ....

dokpri
dokpri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun