Era gawai memang tak bisa dihindari. Namun membangun budaya literasi juga harus terus ditegakkan. Apalagi di kalangan sekolah dan siswa, tradisi baca dan tulis mutlak harus dibiasakan. Harapannya, anak-anak sekolah akan termotivasi dalam membaca lalu dituangkan ke dalam tulisan karyanya sendiri.
Dalam upaya meningkatkan gerakan literasi di sekolah, SMP Negeri 252 Jakarta Timur menggelar "Workshop Literasi - Pengurus OSIS" pada Jumat & Senin, 15 & 18 Desrmber 2017. Bertindak sebagai nara sumber: Syarifudin Yunus, M.Pd., Dosen Unindra dan Penulis buku yang giat di dunia literasi. Acara dibuka oleh Nasrudin, Kepala SMPN 252 dan diikuti sekitar 40 siswa pengurus OSIS.
Dalam workshop ini, siswa dilatih untuk memperbanyak kosakata sebagai syarat untuk memahami bacaan dan modal dasar untuk menulis. Siswa sangat antusias mengikuti latihan kosakata. Selain itu, siswa juga dilatih untuk menulis setelah membaca berdasarkan apa yang dirasakan dan apa yang dialami. Sehingga nantinya, karya siswa nantinya dapat dipublikasikan, baik di majalah dinding atau diterbitkan menjadi buku.
Dalam kesempatan ini, Syarifudin Yunus pun menekankankan pentingnya membangun budaya literasi di sekolah. Dan untuk itu, ada 7 Resep POSHKOM Â untuk Membudayakan Literasi di sekolah:
1. Paham akan pentingnya membaca (kosakata, wawasan, kesabaran, karakter) sebagai landasan untuk menulis.
2. Optimalkan perpustakaan sekolah; dibuat menjadi menarik dan siswa harus setiap hari kunjung ke perpustakaan.
3. Sekolah harus budayakan membaca.
4. Hadiahkan buku sebagai tradisi.
5. Komunitas baca perlu dibentuk di sekolah.
6. Omong setelah membaca sebagai kebiasaan.
7. Menulis setiap hari. Mulailah dengan menulis catatan harian tentang apa yang dirasakan, dialami, diketahui, dipikirkan.
Budaya literasi mutlak diperlukan di sekolah, di semua jenjang pendidikan. Apapun bentuknya, budaya literasi harus dimulai dari tradisi baca dan diikuti tradisi menulis. Sehingga budaya luterasi harus berujung pada karya.Â
Guru atau siswa itu hanya posisi. Tapi membaca dan menulis itu kontribusi.
Dalam budaya literasi, membaca dan menulis harus menjadi gaya hidup siswa di era digital seperti sekarang. Jika tidak maka anak-anak akan tergerus bahkan tersingkir "di makan" zaman dan peradaban. Literasi harus dimulai dari diri sendiri, dari kita dan dari tempat di mana kita berada.... Salam literasi. #BudayaLiterasi