Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Musim Banjir, Musim Nyinyir Tiada Akhir

13 Desember 2017   20:05 Diperbarui: 14 Desember 2017   09:53 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang tahu gak? Sekarang musim apa?

Ada yang bilang lagi musim hujan. Bahkan gak sedikit yang bilang musim banjir. Ada juga musim penyakit difteri. Mungkin juga sebentar lagi, musim duren.Kalo musim nyinyir ada gak?

Ada dong. Apalagi buat kaum medsos-mania. Nyinyir tiada akhir. Gak tahu kenapa? Bawaannya nyinyir terus, sinis terus. Bisa jadi, nyinyir itu penyebab penyakit "situsinis", penyakit nyinyir tiada akhir.

Nyinyir, emang penyakit yang tidak mematikan. Tapi sangat mewabah. Dan biasanya mengidap pada orang-orang yang gak bisa move on. Mereka yang doyan memelihara kebencian lalu menyebarluaskannya. Nyinyir, pikirannya negatif melulu.

Nyinyir itu penyakit yang tidak menular. Tapi berusaha ditularkan oleh pemiliknya. Kerjaannya mengejek atau menganggap rendah orang lain. Penyakit yang maunya berseberangan terus. Dan menjadikan orang yang berbeda sebagai musuh abadi. Nyinyir, orang yang tidak mampu melihat kebaikan apapun. Selalu meragukan sifat baik yang ada pada diri orang lain. Nyinyir tiada akhir....

Orang nyinyir, bisa jadi zaman dulu bacaannya kisah tentang nenek sihir atawa mak lampir. Orang nyinyir, hobby-nya komen atawa ngomong tapi topiknya gak bermutu. Nyinyir tiada akhir...

Kalo dilihat dari lakonnya, orang nyinyir itu gak jahat. Nyinyir itu karena orangnya pengen eksis melalui komen atawa omongannya. Sebenarnya orang nyinyir itu gak bisa lakonin apa-apa. Karena mereka sudah sangat puas asal bisa komen doang atawa ngomong dengan cara nyinyir. Sederhana banget ya, orang nyinyir hanya pengen eksis lewat omongannya.

Orang nyinyir. Karena hal yang gak penting, pasti dibikin penting buat dia. Sehari-hari kerjaannya cuma milih komen-komen yang harus "dilawan secara nyinyir". Paling gemar sama rumor atawa gosip. Apalagi hal jelek yang terjadi pada musuhnya, woww orang nyinyir bisa beringas kayak harimau lapar.

Asal tahu saja. Di mata orang nyinyir. Gak boleh ada kejadian "kecil". Semua dianggap "besar" dan layak dinyinyirin. Apa saja bisa dibikin heboh sama orang nyinyir.

Orang salah atawa orang gak tahu, malah dicaci maki sama orang nyinyir. Bukan dikasih tahu atawa dibenerin malah dihujat habis-habisan. Itulah cara kerja kaum nyinyir.

Simpulannya sederhana, orang nyinyir itu lebih banyak suudzon daripada husnudzon, lebih banyak pikiran negatif daripada positif.

Jadi gimana solusinya?

Agak susah. Karena orang nyinyir gak ada obatnya. Dia harus berobat sendiri, ke diri se diri. Agar tidak nyinyir. Musim banjir, musim nyinyir tiada akhir.... gak ciamikk #NyinyirTiadaAkhir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun