Apakah Pak SetNov orang cerdas?
Cerdas banget kayaknya. Rumah mewah, bini cantik dah gitu Ketua Dewan yth plus Ketua partai pula. Ciamikk dah cerdasnya...
Makanya, banyak orang pengen jadi orang cerdas. Karena katanya, orang cerdas itu "pintu gerbang" menuju sukses. Orang cerdas identik dengan pintar, bergelut dengan ilmu saat masih belajar. Setelah tamat, orang cerdas pasti didambakan karena bisa mencapai posisi jabatan penting. Hartanya banyak, gajinya tinggi, dihormati banyak orang. Maka kata banyak orang lagi, orang cerdas akhirnya identik dengan sukses dan kaya. Emang, orang cerdas itu hebat dan patut diacungi jempol.
Di saat yang sama, orang cerdas juga sering lupa. Kalo jabatan, pangkat, harta dan kehormatan itu tidak dibawa mati. Semuanya ditinggalkan. Tidak berguna apapun, semua yang dipunya orang cerdas di dunia gak bisa jadi jaminan.
Jika itu yang terjadi, saya tidak pernah salut sama orang cerdas model begitu. Itu bukan orang cerdas. Tapi orang beruntung yang dikasih "mandat" oleh Yang Maha Kuasa.
Justru salah. Kalo orang cerdas didefinisikan sukses dan kaya. Sangat salah. Siapa bilang cerdas harus sukses dan kaya?
Orang cerdas itu unik. Bahkan cenderung langka. Karena buat saya, orang-orang cerdas justru mereka yang berani sedekah di saat miskin atau saat ekonominya belum cukup. Jadi bukan, orang yang sukses lagi kaya tapi sedekahnya nanti nunggu kalo udah tua; kalo udah gak kerja lagi.
Orang cerdas itu, adalah orang-orang rajin ibadah di masjid. Kalo perlu sejak muda sampai tua. Bukan ke masjid kalo udah pensiun. Kalo udah tua getol agama mah pantes banget.
Orang cerdas itu, bukan udah tua dan mau mati malah korupsi E-KTP. Bukannya mempersiapkan bekal kematian. Malah sibuk urusan dunia yang nambah bikin sulit matinya. Gimana gak sulit? Kalo akhirnya mati di dalam penjara...
Orang cerdas itu, saat punya pengetahuan sedikit sudah mau berbagi ke orang lain. Gak usah nunggu punya ilmu banyak baru mau berbagi. Orang cerdas emang suka lupa. Ilmu itu biar sedikit kalo dibagi akan bertambah. Gak usah nunggu dan merasa ilmunya belum seberapa? Emang mau seberapa ilmunya?
Jadi, orang cerdas itu biasanya "udah berbuat untuk orang banyak; tanps menunggu harus ini harus itu". Orang yang "berbuat baik" di saat mungkin, mlbukan di saat harus...
Anehnya, gak sedikit orang cerdas sekarang baru mau berbuat baik justru di saat keadaan mau "MPP (Mati Pelan-Pelan)". Iru mah bakal ngerepotin orang banyak, termasuk dirinya sendiri jadi repot. Karena "kebaikan yang dulu bisa dikerjakan malah ditunda". Kasihan orang cerdas yang model gitu.
Siapa orang cerdas itu?
Dia yang selalu semangat lalu menciptakan perubahan. Sekecil apapun buat orang banyak. Bukan menyerah dan menunda untuk berbuat baik. Gak cerdas, gak ciamikk #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H