2. Optimalkan perpustakaan di manapun; agar tercipta kesempatan untuk membaca.
3. Sekolah harus membudayakan membaca sebagai gaya hidup siswanya.
4. Hadiahkan buku sebagai kebiasaan untuk segala momentum kehidupan.
5. Komunitas baca harus dibentuk dalam setiap aktivitas pergaulan atau di lingkungan.
6. Omong sedikit tapi harus banyak membaca. Jadikan membaca sebagai kebiasaan, tanpa perlu banyak omong.
7. Menulislah setiap hari. Tanpa menulis, maka sulit tercipta budaya literasi.
Budaya literasi, tentu tidak boleh kalah dari gaya hidup modern yang serba instan, bergantung pada gawai atau gadget. Karena masa depan bangsa Indonesia bukan terletak pada pengguna gawai. Tapi ada dan melekat pada anak-anak, generasi muda harapan bangsa. Maka jangan jauhkan anak-anak dari buku, dari tradisi baca dan tulis.
Oleh karena itu, TBM Lentera Pustaka akan terus mengkampanyekan akan pentingnya membaca bagi anak-anak daripada bermain, daripada ke mal, atau menonton TV dan main gadget.
"Kini saatnya kita kembali ke budaya literasi yang telah hilang. Semua pihak, baik korporasi dan individu harus peduli terhadap budaya literasi anak-anak. Inilah saatnya kita turun tangan dan terjun langsung membangun budaya membaca dan menulis di kalangan anak-anak kita. Jika tidak, anak-anak itu akan terlindas zaman" ujar Syarifudin Yunus, pendiri dan kepala program TBM Lentera Pustaka.
Indonesia akan hebat, keluarga akan hebat bila anak-anak yang ada di dalamnya selalu mau membaca dan dekat dengan buku. Namun sebaliknya, kita akan sengsara bila anak-anak semakin jauh dari buku.
Inilah saatnya, siapapun kita, untuk ikut andil dalam menyebarkan virus membaca kepada anak-anak di dekat kita. Karena membaca, adalah jendela dunia, lentera bagi kehidupan anak-anak bahkan ketika kita tiada nanti.