Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Resep Membangun Budaya Literasi

9 November 2017   14:48 Diperbarui: 9 November 2017   18:19 2471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zaman makin maju belum tentu makin baik. Orang makin kaya belum tentu makin peduli. Teknologi makin hebat belum tentu pengetahuan makin dahsyat.

Katanya era digital, era milenial. Tapi gak sedikit orang malah makin malas membaca, makin malas menulis. Wajar, sekarang ini "budaya literasi" terus digalakkan, dikampanyekan.

Mengapa budaya literasi?

Sekarang ini, orang Indonesia telah menghabiskan 5,5 jam sehari untuk bermain gawai atau gadget. Sementara kegiatan membaca, bisa jadi tidak sampai 1 jam sehari. Lha kan bacanya di gawai, begitu dalihnya.

Budaya baca-tulis, itulah budaya literasi. Kebiasaan atau gaya hidup yang lebih banyak membaca, bisa menulis. Adalah fakta budaya literasi hari ini terus dihimpit oleh budaya milenial, budaya serba instan. Sehingga membuat banyak orang malas membaca. Mendingan dibacain karena sudah gak punya waktu lagi...


Lalu akan ke mana anak-anak kita dididik?

Sungguh, hanya budaya literasi yang dapat menyelamatkan anak-anak kita. Maka budaya literasi, budaya baca-tulis harus dikedepankan. Jangan biarkan dunia maya, dinia gawai "mengendalikan" hidup anak-anak kita di masa depan. Bahaya dan sangat bahaya.

Berangkat dari keadaan itu, TBM (Taman Bacaan Masyarakat) Lentera Pustaka yang berlokasi di Desa Sukaluyu Kaki Gunung Salak Bogor sangat peduli untuk membangun budaya literasi di masyarakat, di lingkungan, di keluarga bahkan di sekolah. Siapa lagi yang harus peduli terhadap budaya baca-tulis jika bukan kita?

Untuk membangun budaya literasi, setidaknya, ada 7 (tujuh) resep yang harus ditempuh. Demi tumbuhnya budaya membaca dan menulis dalam diri seseorang:

1. Paham akan pentingnya membaca (karena dapat menambah kosakata, wawasan, kesabaran, karakter) sebagai landasan untuk menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun