Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Haru Sebatang Palu Sidang di Raker IKA UNJ

9 September 2017   21:04 Diperbarui: 9 September 2017   21:33 2512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buat banyak orang, kisah mengharukan itu biasanya bikin terenyuh. Haru, karena menggugah perasaan, kadang menimbulkan iba atau kasihan. Walau gak harus begitu juga sih. Haru itu soal perasaan kadang ditambah pikiran sedikit. Haru karena mendengar atau melihat sesuatu. Ada emosi yang terlibat hingga menyebabkan rasa haru.

Nah ini ada kisah yang mengharukan. Tapi bukan tentang hidup seseorang,

Ini kisah haru tentang sebatang palu sidang. Saat Rapat Kerja alias Raker IKA UNJ (Ikatan Alumni Universitas Negeri Jakarta) Periode 2017-2020 di Hotel Grand Cempaka, 8-9 September 2017. Iya hanya sebatang palu sidang, terbuat dari kayu yang menjadi saksi betapa sebuah organisasi ikatan alumni mampu menyelenggarakan rapat kerja secara efektif, bahkan efisien. Kenapa haru? Karena semua orang tahu, efektif dan efisien itu kini menjadi "barang mahal" buat sebuah organisasi, bahkan buat negara. Betapa banyak rapat-rapat dan perbuatan yang dilakukan namun secara proses atawa pada level eksekusi tidak efektif, tidak efisien. Kalo istilah dalam bahasa Indonesia disebut "mangkus" = efektif alias berhasil guna; "sangkil" = efisien alias berdaya guna.

Lho, apa hubungannya Raker IKA UNJ dengan kisah mengharukan sebatang palu sidang?

Iya karena palu sidang menjadi saksi rapat kerja IKA UNJ yang semula direncanakan berlangsung hingga Sabtu siang, 9 September 2017 namun mampu diselesaikan dengan tuntas secara lebih cepat pada Sabtu dini hari, puukul 01.00 WIB. Palu sidang yang diketuk 3 kali dini hari itu, menjadi saksi bisu efektifitas dan efisiensi rapat kerja sebuah organisasi, seperti IKA UNJ.

Sekali lagi, gak mudah sebuah organisasi bisa menyelenggarakan kegiatannya dengan efektif dan efisien. Lihat saja rapat-rapat di DPR, apakah efektif ? Sementara terjadi begitu banyak interupsi bahkan walk out. Apakah efisien? Sementara UU yang dihasilkan juga gak banyak-banyak banget. Jadi hari ini, efektif dan efisien dalam berbagai aktivitas itu menjadi penting.

Palu sidang di raker IKA UNJ itu menjadi saksi.

Raker IKA UNJ yang dimulai pada pukul 16.00 WIB, Jumat 8 Sept 2017, menghadirkan salah satu Dewan Penasehat, Ibu Dr. Dewi Motik, seorang pengusaha dan tokoh wanita papan atas Indonesia yang juga alumni UNJ. Dia berpesan, IKA UNJ sudah saatnya menjadi organisasi alumni yang maju. Maka dari itu, semua pengurus IKA UNJ harus mau "kerjasama" dan "membangun networking" dengan banyak pihak. Karena tidak ada yang tidak bisa dilakukan apabila kita mau mengerjakannya. Gak usah banyak nanya, gakk usah banyak mikir. Lakukan, lakukan, dan lakukan apapun rencana baik yang dirumuskan IKA UNJ.

HARU, karena di sesi ini, seluruh pengurus mendapat motivasi yang kuat untuk membuktikan komitmennya dalam membesarkan IKA UNJ, termasuk UNJ sendir sebagai almamater. Tidak lama tapi sangat bermanfaat dan mengharukan ...

Palu sidang di raker IKA UNJ itu kembali menjadi saksi.

Sesuai makan malam, dilanjutkan sidang pleno. Dan kali ini menghadirkan lagi Dr. Retno Listyarti selaku Anggota Dewan Penasehat IKA UNJ sekaligus Komsioner KPAI. Beliau menyampaikan betapa pentingnya alumni UNJ/IKIP Jakarta tampil menjadi "pejuang" dunia pendidikan, dengan cara mengkritisi kebijakan pendidikan yang ada. Sungguh, hal ini sangat patut dilakukan oleh alumni UNJ. Begitu pula halnya dengan Dr. Suryadi (UNJ) dan Dr. Arismunadar (Univ. Brawijaya) selaku Anggota Dewan Pakar IKA UNJ yang memberikan arahan, lagi-lagi, pentingnya IKA UNJ menjadi motor penggerak dalam mengkaji dan mengkritisi pelaksanaan pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun