Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terjebak Gaya Hidup, Kok Bisa?

3 Juli 2017   06:59 Diperbarui: 3 Juli 2017   08:28 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sih orangnya yang pengen dibilang keren?

Pasti semua pengen dong ya. Biar image-nya bagus. Biar performance-nya mentereng. Dan ujungnya, biar dibilang hidupnya ciamik. Indikatornya pun sederhana, lihat aja gaya hidupnya. Orang banyak menyebutnya "life style". Woww ...

Gaya hidup, mungkin maksudnya "bergaya dalam hidup".

Maklum aja. Orang sekarang lebih senang ngeliat sesuatu dari "casing-nya" doang. Dari penampilan fisik, dari aksesorinya saja. Semua serba "kasat mata". Motifnya simpel, biar "kelas sosial"-nya naik derajat, biar dibilang gaya hidupnya dibilang keren. Woww ...

Apa emang begitu?

Gak juga sih. Gaya hidup mah oke-oke aja. Asal sesuai aja; asal gak kebablasan. Karena, berapa banyak orang yang terseret ke dalamgaya hidup "di luar" kemampuannya. Terlalu hedonis, mencinta "kesenangan sesaat". Seneng sebentar, abis itu murung dan pusing lagi hehe. Hati-hati, jangan sampai terbuai gaya hidup. Hidup yang terlalu bergaya. Gaya hidup yang dipaksakan. Alias TERJEBAK GAYA HIDUP.

Riset yang bilang; 3 dari 10 orang Indonesia itu punya perilaku negative akibat gaya hidup.

Gak tahu riset itu benar apa gak? Tapi itu, bisa jadi sinyal makin banyak orang yang "terjebak gaya hidup".

Keren itu boleh. Terjebak gaya hidup itu yang gak boleh.

Karena "kemuliaan" orang bukan dilihat dari penampilan fisik atawa gaya hidup semata. Karena semua itu hanya sementara. Gak berarti banget di hadapan Allah. Karena Allah, memang tidak menilai kita dari wajah, gaya hidup atawa penampilan. Apalagi aksesorinya. Allah itu hanya menilai dari NIAT, HATI , dan TAKWA hamba-Nya.

BUAT APA KITA KEREN DI DUNIA TAPI GAK KEREN DI AKHIRAT?

Gaya hidup keren itu kalo kita bisa "menukar" segala kesenangan dunia dengan kemuliaan di akhirat. Keren fisik pasti ada kadaluarsanya. Tapi keren iman dan akhlak pasti abadi sepanjang masa. Hingga kita mati nanti, hingga nafas terakhir berhembus ... Woww lagi.

Jadi, gak usah terjebak gaya hidup. Karena itu semua semu, kamuflase.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun