Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kembali ke Fitrah; Maafkan Walau tak Meminta

24 Juni 2017   20:15 Diperbarui: 24 Juni 2017   20:37 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena angka nol adalah angka awal dalam berhitung, yang akan diikuti angka berikutnya. Di posisi nol, kita kembali dihadapkan pada pilihan. Mau mengisi dengan angka 1 plus. Atau angka 1 minus. Setelah berpuasa, mau lebih baik atau lebh buruk.

SEJATINYA, ANGKA NOL MENJADI MOMENTUM UNTUK MENJADI LEBIH BAIK. KARENA AGAMA KITA BUKAN HANYA "JALAN" YANG TELAH DIPILIH. TAPI "JEJAK" YANG DITINGGALKAN; BEKAL UNTUK MENGHADAP-NYA.

Saat Idul Fitri kita kembali fitrah, kembali ke nol.

Artinya, hari ini kita memulai kehidupan baru. Selama puasa, kita sudah ditempa dengan ibadah wajib maupun sunnah. Seharusnya, puasa kita berdampak pada kehidupan untuk menjadi lebih baik. Atau kita sebut menjadi lebih bertaqwa. Namun sebaliknya, kalau puasa kita hanya sebatas ritual rama-rame semata, ikut-ikutan maka bisa jadi tidak berbekas.

Dari angka NOL. Bagi yang menjadi lebih taqwa, maka diisi dengan angka 1 plus. Tapi bagi yang tidak berubah, berarti angka 1 minus. KITA YANG PILIH MAU PLUS ATAU MINUS ESOK?

Ya, Idul Fitri memang telah tiba.

Semestinya Idul Fitri, tidak hanya ditafsirkan sebagai manusia kembali suci. Tapi jauh lebih penting adalah apakah semangat puasa yang kita jalani dengan tempaan dan ibadah itu akan terbawa pada 11 bulan berikutnya. Bulan puasa sudah pergi. Nah, kita mampu atau tidak menerapkan aturan main seperti puasa di bulan-bulan berikutnya. Mampukah kita menahan diri?

Menahan diri dari "nafsu" dunia yang berlebihan, nafsu kepada materi. Nafsu setan yang membuat manusia makin tersesat.

KINI, KITA TELAH KEMBALI KE FITRAH.

Kembali ke NOL. Hari ini kita mulai dari "argo" baru untuk hidup kita.

Maka, ada 2 hal yang harus kita waspadai dalam hidup setelah Idul Fitri ini, yaitu: 1) DOSA dan 2) KEINGINAN.

Orang yang fitrah, kembali ke nol seharusnya mampu menahan diri agar tidak terbawa nafsu perut. Mampu menghindari DOSA. Karena sifat dosa itu akan selalu bertambah, tidak ada pengurangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun