Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wejangan Kaum Penikmat Kopi

6 April 2017   23:55 Diperbarui: 29 September 2017   10:05 1184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaum penikmat kopi pasti tahu. Bahwa kopi, punya kelebihan tanpa perlu dibicarakan. Kopi juga punya kekurangan, tanpa perlu diperdebatkan.

Kaum penikmat kopi sangat sadar. Kalo ada kelebihan pasti ada kekurangan. Segalanya berjalan beriringan. Kalo punya plus pasti punya minus. Itu semua biasa, rileks saja.

Karena saat memesan kopi di warung. Sering berhadapan dengan pelayan yang jutek, kadang ngeselin. Maklum, secangkir kopi terlalu murah, nongkrongnya lama. Dilayani sopan oke, dilayani sambil cemberut pun gak masalah. Bagi kaum penikmat kopi, itu semua biasa terjadi. Rileks saja. Ada yan suka ada yang tidak suka, buat kaum penikmat kopi sama sekali gak masalah. Boleh-boleh saja. Silakan.

Kaum penikmat kopi itu rileks saja.
Kaum penikmat kopi itu rileks saja.
Gak masalah. Saat dilayani dengan jutek, cemberut, ngeselin atawa apapun namanya. Kaum penikmat kopi sangat mengerti. Karena memang hanya hanya ada 2 tipe manusia di dunia ini:

Satu, mereka yang reaksinya negatif. Ikut-ikutan jutek, cemberut lalu kebawa ngeselin. Ikut Ikut jengkel dan marah-marah ke si pelayan warung.

Kedua, mereka yang reaksinya positif. Tetap rileks, enjoy aja. Tetap bersikap sopan ke si pelayan yang jutek itu. Yang penting, kopinya dibuatin.

Kenapa kaum penikmat kopi rileks saja?

Karena penikmat kopi sadar. Untuk apa ikut terpengaruh oleh orang lain. Untuk apa ikut-ikutan membenci, ikut-ikutan jutek. Sama sekali gak berguna. Karena reaksi seringkali “mengabaikan” substansi. Kopi itu nikmat bukan hanya aromanya. Tapi suasananya.

Bagi penikmat kopi, semua dihadapi rileks saja. Karena tidak boleh ada orang lain yang ikut menentukan cara kita dalam bertindak…

Kalo ada pelayan atau orang lain yang melayani tidak baik, jutek bahkan bersikap buruk pada kita. Biarkan saja, rileks saja. Karena itu masalah dia, masalah di pelayan. Sama sekali tidak ada kaitan dengan kita.

Sementara di luar sana. Berapa banyak ?

Manusia yang terpengaruh karena tindakan orang lain. Bereaksi cepat atas ulah orang lain.

Kalo orang lain bertindak jelek dibalas lebih jelek lagi. Kalo orang lain membenci dibalas dengan kebencian. Kalo orang lain menghujat dibalas dengan hujatan. Kalo mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi.

Bagi kaum penikmat kopi, itu semua tidak penting. Rileks saja.

Karena kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Bukan karena orang lain; bukan dipengaruhi orang lain. Orang lain tidak baik, maka kita harus tetap baik. Rileks saja.

Lalu, mengapa kita harus menunggu orang lain baik. Baru kita mau bertindak baik?

Bagi kaum penikmat kopi.

Jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak. Gak boleh dan jangan dibiarkan. Karena gak semua orang bisa baik. Bahkan gak semua orang mau berbuat baik. Maka itu artinya, tetap berbuat baik adalah PILIHAN. Tanpa perlu dipengaruhi, tanpa perlu mempengaruhi.

Begitulah adanya. Gak susah kok kalo mau rileks saja. Apalagi di hari-hari begini.

Siapapun bisa kok, jadi orang yang tetap sejuk di tempat yang panas. Jadi orang yang tetap manis di tempat yang sangat pahit. Jadi orang yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar. Jadi orang yang tetap tenang di tengah gaduh yang luar biasa.

Kaum penikmat kopi itu sadar.

Marah itu gampang. Tapi sangat susah mencari jawaban, kenapa harus marah? Kepada siapa harus marah? Di mana harus marah? Lalu apa yang didapat dari marah?

Jadi, seperti wejangan kaum penikmat kopi.

Rileks saja. Tidak ada soal yang tidak bisa dipecahkan. Nikmati dan syukurilah apa yang ada. Karena itu lebih dari cukup. Dan yang paling penting, gak usah menunggu untuk jadi ORANG BAIK.

Karena nasehat baik tidak akan pernah datang terlambat hingga kapanpun… ciamikk #SalamPenikmatKopi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun