Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buat Elo yang Galau, Gak Semua Hal Tergantung Rasa

26 Maret 2017   22:43 Diperbarui: 27 Maret 2017   07:00 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada cewek tiba-tiba “merasa” sreg sama cowok walau belum kenal banyak. Ada juga orang yang “merasa” gak senang pada calon pemimpinnya. Apa betul itu tergantung “rasa”? Terlalu sering MERASA …. Tergantung RASA.

Gue cuma mau bilang, gak semua hal tergantung RASA.

Apalah namanya. Rasa kek, merasa kek atawa perasaan kek. Terserah aja. Gak semua hal tergantung rasa. Karena “rasa” itu bersifat personal, terlalu subjektif kadang gak bisa dipertanggungjawabkan. Lagian, rasa itu urusan personal. Terus kenapa juga, elo mau samain “rasa elo” sama “rasa gue”. Gak sama keless. Apa yang elo rasain itu orang lain juga gak tahu. Jadi, gak semua hal yang ada di dekat elo tergantung dari rasa.

Terus kenapa ya. Banyak orang yang “merasa” galau. Merasa bete sama hidupnya sendiri. Merasa benci pada calon pemimpinnya. Apalagi merasa gak cukup rezeki yang ada di tangannya. Merasa hidup sendirian. Merasa kecewa. Merasa tidak bahagia. Bahkan merasa hidupnya begini-begini aja. Sungguh, mereka terlalu banyak “MERASA”. Emang mau RASA yang gimana sih ?

Gak semua tergantung RASA.

Gak suka sama pemimpin, lantas membenci. Gak suka sama teman, lantas ngomongin yang jelek. Gak suka sama keadaannya, lantas mengeluh. Gak suka sama pekerjaan, lantas nelongso. Gak suka sama apa yang terjadi, lantas mengeluh. Sungguh, semua yang elo suka, yang elo benci itu terjadi karena elo terlalu “bermain” dengan RASA, PERASAAN. Berhentilah, bermain dengan RASA. Karena gak semua hal tergantung RASA.

Kadang, makanan itu enak bukan karena RASA doang.

Enak itu bisa karena tempatnya, bisa karena suasananya. Atau karena seleranya pas. Atau juga karena harganya cocok. Gak penting banget makan pakai apa? Gak penting amat berapa uang yang dikeluarkan untuk beli makanan? Apalagi sekarang ini, banyak orang jauh-jauh cari kulineran cuma pengen dapetin SUASANA makan yang menyenangkanaja. Menikmati makanan dengan suasana keren. Jadi jelas dong, gak semua hal tergantung pada RASA.

 

Terus, kenapa ya ada orang sampe MATI RASA?

Jawaban pastinya sih gue gak tahu. Tanya aja sama orangnya. Cuma bisa jadi. Karena orang itu terlalu bergantung pada RASA. Begitu harapan gak sesuai dengan kenyataan, lantas mati rasa. Gak mampu merasakan apa-apa lagi. Hambar. Wajar hidupnya, penuh keluh-kesah alias galau. Terlalu ngegedein RASA. Begitu deh jadinya … mati rasa.

Gak semua hal tergantung RASA. Karena rasa itu subjektif, bahkan relatif. Hingga akhirnya mengaburkan objektivitas, jauh dari sikap objektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun