Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Puisi Memeluk Langit Malam (Aksi Bela Kata HUT Komunitas Ranggon Sastra)

24 Maret 2017   07:18 Diperbarui: 24 Maret 2017   16:00 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atas kesadaran ingin “memeluk langit”.

Komunitas Ranggon Sastra (KRS) Unindra sadar betul. Ada KATA yang hilang di antara kita. KATA tak lagi DIBELA. KATA telah dikelabui kamu. KATA telah dijajah aku. KATA bukan lagi KITA. Maka KATA harus dikembalikan ke tempatnya. KATA itu cinta dan kebaikan. Kata yang mampu membungkus kita para pemakainya ke dalam ruang rindu keasliannnya. Kata-kata yang apa adanya, kata yang sederhana, kata yang persis seperti artinya. Bukan kata-kata yang disitir, dikamuflase, direkayasa untuk tujuan dan kepentingan sesaat.

KATA yang mampu memeluk langit, bersahabat dengan alam.

“Aksi Bela Kata Komunitas Ranggon Sastra Unindra, sungguh pantas menjadi tradisi bagi mahasiswa. Tradisi untuk menghargai kata, tradisi kreatif merangkai kata. Karena kata adalah simbol akal sehat dan kecerdasan manusia. Jangan salah menggunakan kata, jangan salah mengajarkan kebaikan pada manusia” ujar Syarifudin Yunus, Dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Indraprasta PGRI Jakarta sekaligus dosen penggagas berdirinya Komunitas Ranggon Sastra 8 tahun silam di senjakala Pendopo Taman LPMP.

AKSI BELA KATA, acara yang digelar Komunitas Ranggon Sastra ini penting.

Untuk membangun peradaban baik melalui puisi, menegakkan budaya melalui kegiatan sastra. Inilah momentum kebangkitan puisi dan sastra di kalangan generasi muda untuk lebih menghargai KATA. Untuk menikmati “kebersamaan dalam puisi” sebagai media untuk menabr cinta dan persahabatan; bersatu dalam bingkai kata-kata yang mengalir apa adanya. Karena “Aksi Bela Kata” KRS sangat pantas menjadi tempat tumbuhnya sikap saling pengertian, sikap saling menghargai satu sama lainnya, membangun kepekaan dan pikiran kritis, serta bernaungnya kebaikan kita.

Hampir ratusan mahasiswa ikut nimbrung di acara Aksi Bela Kata Komunitas Ranggon Sastra. Menikmati persembahan puisi salam segala bentuknya. Menikmati suguhan indah di keremangan malam dalam untaian kata-kata. Di situlah, ketika puisi memeluk langit malam.

AKSI BELA KATA KRS, sungguh menjadi “taman indah” tempat bersemayamnya para penggiat dan pemerhati puisi dan sastra di Universitas Indraprasya PGRI Jakarta. Sebuah tradisi baru “membela kata” yang diekspresikan melalui sajian kreativitas panggung, acara dan penampilan sastra tanpa rekayasa. Menghargai sastra dengan sesungguhnya, belajar sastra dengan sebenarnya. Sungguh, Aksi Bela Kata KRS layak menjadi tradisi berkegiatan sastra setiap tahun.

Ketika kreativitas telah kehilangan tempatnya. Maka AKSI BELA KATA KRS adalah tempat terindah yang patut diapresiasi semua pihak. Agar sastra dan puisi tidak “sulit” untuk hadir ke ruang publik. Kegiatan sastra, apapun bentuknya, ibarat air di tengah gurun pasir yang tandus, laksana pepohonan rindang di tengah stepa yang diam membisu.

Jika kamu terlalu ngotot menguasai langit, mengejar dunia. Maka, sastra adalah tempat terbaik untuk menggugah batinmu, memanggil kembali kemanusiaanmu sambil menyingkirkan kemunafikanmu….

Sahabat, marilah kita memeluk langit. Bersahabat dengan alam, bercumbu dengan sesama.

Karena dengan sastra, kita semua diingatkan untuk bisa melakukan olah rasa, olah batin, dan olah budi secara intens. Berpusilah, bersastralah. Agar kita mampu memanggil kembali nilai-nilai moral yang mungkin telah hilang di antara kita, di antara aku dan kamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun