Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Cuma Teriak Berubah!

10 Maret 2017   14:42 Diperbarui: 10 Maret 2017   14:54 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi mereka sendiri tidak berani untuk berubah. Lallu menyuruh orang lain untuk berubah. Lalu menuntut lingkungannya yang berubah. Lha, si orang pintar ngapain?


Katanya, berubah itu butuh keberanian. Katanya berubah iitu menjadikan kita lebih dinamis, lebih berwarna. Katanya kita diciptakan untuk berbeda. Tapi, apa sih yang sudah kita ubah ?

Innalillahi wa iinna ilaihi rojiun.

Ini berita duka. Hari ini baru saja terlihat seekor LALAT tergeletak mati di satu rumah. Konon, saat berada di dalam rumah itu, si lalat berjuang keras agar dapat keluar rumah. Hanya bermodalkan "sinar terang" dari luar rumah yang terpancar melalui jendela. Alhasil, si lalat buru-buru terbang untuk keluar. Bekerja keras menabrak kaca berkali-kali. Sikap keras si lalat menabrak kaca yang jadi "asal cahaya" adalah penyebab kematiannya. Lucunya, tak jauh dari jendela itu, ada pintu besar yang terbuka lebar. Pintu yang dapat membebaskannya ke alam bebas, ke luar rumah. Ya, memang pintu itu gelap tak menampakkan sinar. Jadi wajar, si lalat lebih memilih jendela berkaca yang punya “sinar terang”. Walau terus terpentok dan tak dapat membuatnya keluar. Hingga berujung “kematian”. Sungguh, kasihan si lalat itu.

Begitulah pula kadang manusia.

Ingin BERUBAH hanya sebatas teriakan. Kita sering lupa, PERUBAHAN pun kadang tidak cukup dihadapi dengan kerja keras. Atau bahkan melakukan ikhtiar yang terjebak padda rutinitas. Untuk bisa BERUBAH, teriakan, kerja keras, bahkan ikhtiar yang kita lakukan bisa jadi "tak ada artinya". Gak pengaruh, gak bermakna.

Berapa banyak orang yang frustasi. Karena kerja kerasnya dianggap tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan.

BERUBAH, sungguh bukan cuma teriakan.

Karena hidup, terkadang tidaklah cukup dijalani dengan kerja keras doang. Tapi KITA juga harus mau dan siap MENGUBAH DIRI. Kita yang berubah. Pribadi yang berubah.

MENGUBAH apa yang ada dalam diri sendiri, di dalam diri kita. Bukan menuntut PERUBAHAN pada orang lain, pada apa yang di luar kita.

ANEH. ADA BANYAK PERUBAHAN DI LUAR KITA.

TAPI KITA YANG TIDAK PERNAH MENGUBAH “CARA PANDANG” DALAM MELIHAT PERUBAHAN ITU. Orang lain dituntut berubah, lingkungan diminta berubah. Tapi kita sama sekali tidak berubah.

UBAH CARA CARA PANDANG SITU, batin Si Kuple.

Banyak orang merasa kondisinya berat. Banyak orang merasa sekarang situasinya sulit. Bahkan sering menganggap pekerjaan sebagai BEBAN. Menganggap orang lain salah. Menganggap lingkungannya gak benar. Lalu, berppikir dan bertindak yang negatif. Menyahalkan orang lain, menyalahkan pemimpin, menyalahkan segalanya. Sebelum kita tahu alasannya?

Wajar, kalau akhirnya kita hampir tak punya ruang untuk menciptakan "peluang".

Kita jadi tidak kreatif lagi. Bahkan, kita tidak mau belajar dari yang sudah lampau. Atau kita tidak mau "belajar" sebelum memulai. Terus menerus begitu, hingga terjebak ke dalam “lingkaran setan” rutinitas hidup. Lalu berdalih, kita sedang melakukan sesuatu karena sudah seharusnya begitu…. Hehehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun