Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Menilai Buku Hanya dari Sampulnya

13 Februari 2017   14:56 Diperbarui: 13 Februari 2017   15:05 15309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JANGAN MENILAI BUKU HANYA DARI SAMPULNYA. Jangan menilai orang hanya dari penampilannya. Jangan menyimpulkan sesuatu hanya dari kulitnya.

Banyak orang sekarang tertipu atau memang gemar menipu. 

Ada orang berdasi dan tutur katanya baik tapi kerjanya korupsi. Ada orang yang pakaiannya urakan tapi hati dan perilakunya sangat lembut. Memang tidak semua, ada orang yang "sampulnya" baik ternyata "isinya" buruk. Ada orang yang "sampulnya" jelek ternyata "isinya" berkualitas. Bahkan suatu kali, ada orang yang gak percaya bahwa ada pria baya yang bertopi penyair, pakai jaket bomber, bercelana jeans ternyata bekerja sebagai "dosen".  Mungkin pikirannya, kalo dosen harus formal, pakaiannya rapi, dan terkesan bijak. Itu semua anggapan yang salah, prasangka yang gak benar. Maka, jangan menilai buku hanya dari sampulnya.

Baik atau tidak baik seseorang bukan dari "sampulnya". Karena baik adalah baik; tidak baik ya tidak baik.  Maka, jangan menilai buku hanya dari sampulnya. Jangan menilai sesuatu hanya dari bungkusnya. Tanpa tahu isinya...

Sementara di luar sana, masih banyak orang salah menilai.
Banyak orang bilang sesuatu yang berbeda itu sulit untuk disatukan. Bahkan menyangka sama sekali tidak akan pernah bisa disatukan.
Banyak orang lupa, setiap orang punya seribu alasan untuk berbeda. Tapi setiap orang pula harusnya punya jutaan alasan untuk bisa memahami setiap perbedaan.

Maka jadilah pribadi yang baik. Karena kebaikan itu dekat dan ada di dalam diri setiap orang:

Kamu diberi kaki yang kuat, itu untuk melangkah ke tempatibadah.
Kamu diberi bibir yang menarik, itu untuk mengucap kata-kata yang indah.
Kamu diberi pipi yang lesung, itu untuk menebar senyum ikhlas yang ramah.
Kamu diberi mata yang menawan, itu untuk melihat kebaikan yang penuh hikmah.
Kamu diberi tubuh yang ideal, itu untuk menyisihkan rezeki buat yang lemah.
Kamu diberi jemari tangan yang lentik, itu untuk menghitung kebaikan yang tercurah.
Kamu diberi wajah yang bercahaya, itu untuk membersihkan kotor batin yang merebah.

Sungguh, kebaikan itu ada dalam diri kita. Ada dalam diri setiap orang.

Jika kamu BENAR, maka kamu tidak perlu marah.
Jika kamu SALAH, maka kamu wajib minta maaf.
Jika kamu KUAT, maka gak usah membuat orang lemah.
Jika kamu LEMAH, maka gak usah menjadi orang takut.

Gak usah sombong, gak usah arogan. Karena semua itu, apapun akan pudar oleh waktu.

Maka esok, jadikan:
Kesabaran dengan keluarga adalah KASIH.
Kesabaran dengan orang lain adalah HORMAT.
Kesabaran dengan diri sendiri adalah KEYAKINAN.
Kesabaran dengan ALLAH adalah IMAN.

Tak perlu ada air mata untuk masa lalu, tak ada duka untuk masa nanti.
Jalani saja, apa yang ada hari ini dengan penuh senyuman.
Karena kita ada bersama untuk MENGUATKAN bukan MENGHANCURKAN.

Pilihan itu ada pada kamu. Kamu yang pilih mau jadi pemenang atau pecundang.
Ketahuilah … Untuk menjadi lebih baik, kadang kita harus berhenti mendengarkan orang lain. Dan harus lebih peduli untuk mendengar apa yang disuarakan oleh hati kita sendiri.

Maka, jangan menilai buku hanya dari sampulya. Jangan persoalkan bungkusnya, tapi lihatlah isinya.
@Menggagas cerita untuk gadis kecilku nan ciamikk ... 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun