Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Katanya Orang Pintar

4 Februari 2017   23:19 Diperbarui: 7 Agustus 2017   21:29 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang pintar juga yang ngajarin kita lho. Bahwa kebenaran mutlak itu milik Allah. Tapi di saat yang sama, logika orang pintar pun pasti benar…. Kok bisa ya?

Orang pintar itu ngomong logis tapi basis-nya emosi. Ya begitulah. Bisa dibilang, dasar argumentasinya itu sentiment atawa emosi. Tapi kalo dibilang begitu, pasti mereka gak terima. Nanti kita malah dianggap “menuduh” atas dasar yang gal valid…. Iya juga ya, maaf deh kalo gitu.

Kadang, ngeri-ngeri sedap juga sih.

Dulu kita diajarkan, bahwa dasar kebenaran itu adalah data dan bukti empiris. Tapi kalo sekarang, kebenaran itu dasarnya penilaian subjektif yang emosional.

Di satu sisi, anggota DPR gak mungkin terima suap E-KTP. Atawa seorang hakim MK boleh salah menerima suap. Di sisi lain, seorang guru agama gak boleh salah atas sebab apapun.

Entahlah, sekarang ini makin banyak orang pintar. Bukan makin benar malah makin banyak salahnya.

Banyak orang kalo dinasihati untuk bertindak, malah buru-buru jawab “berdoa itu lebih penting”.

Banyak orang kalo dinasihati untuk berdoa, malah buru-buru jawab “percuma berdoa kalo gak ada tindakan”.

Emang, agak pusing sih ngikutin cara berpikir orang pintar. Suka gak jelas....

Bisa jadi tulisan ini juga di mata orang pintar juga salah. Dan gak ilmiah. Tulisan buat ngingetin diri sendiri aja masih salah. Serem gak sih. Iya udah, tolong dimaafin aja deh ya… maklum.

Entah, "merasa" pintar atau emang pintar di zaman begini udah beda tipis.

Sungguh, ada banyak hal bisa dan mungkin terjadi. Tapi gak semua hal yang terjadi juga dapat dimengerti. Tapi satu yang pasti. Apapun yang terjadi, Allah pasti punya alasan sendiri.Udah jalannya,udah dari sononya.

Jadi, gak usah kencangkan suara. Lebih baik tingkatkan argumen. Lalu bersikaplah realistis … itu lebih baik. Salam ciamikk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun