Sungguh, keberpihakan dusah sampai di titik ekstrem. Si A menuduh SI B. Si A merasa lebih baik dari SI B. Bahkan kini, keberpihakan pun harus bernuasa religius, bernuansa spiritual. Jika tidak, maka bersiaplah untuk “dituduh” macam-macam. Menyeramkan.
BERPIHAK. Kata itu harus berarti SAMA. Tidak boleh BEDA. Berpihak dianggap boleh walau menimbulkan permusuhan di sisi yang lain. Berpihak itu artinya “harus berseberangan”. Karena berpihak itu artinya “kalo gak bisa sama, kenapa gak boleh beda?” Pusing pusing dan pusing.
Jadi, apa yang harus kita lakukan?
Terserah kita saja. Boleh dilakukan, boleh juga gak dilakukan. Gak apa-apa. Tidak semua tanya harus dijawab. Tidak semua jawaban harus dimulai dengan pertanyaan. Kita hanya harus cukup dan sangat WASPADA, HATI-HATI. Karena ini era yang paling menyeramkan. Inilah ujian kita bersama. Lebih memilih untuk bersama atau berpisah. Menjadi lebih dekat atau jauh. Terserah.
Satu hal yang pasti. Siapapun yang terpilih.
Kita gak punya uang, bukan gubernur yang ngasih. Kita sakit, bukan gubernur yang nengokin.
Gara-gara Pilkada DKI. Kamu dukung siapa?
Jawab aja, emang gak ada toik lain apa. Nyantai aja keless ….
Karena DIAM bukan berarti KALAH. Karena BICARA bukan pula berarti MENANG. Tetaplah DIAM dan BERTINDAK …
Sungguh, tidak ada kebaikan yang bisa didapatkan dari sebuah perpecahan. Maka tetaplah syukuri setiap perbedaan ….. Salam ciamikk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H