Maka selagi sempat, mengajar-lah bukan menghajar-lah.
Mengajar agar menyenangkan, mengajar untuk memampukan. Siapapun kita, untuk apapun itu. Mengajar tentu bukan menghajar.
Karena mengajar, “kita tidak disuruh untuk menebang hutan, tapi untuk mengairi gurun”
Kata sejarah dulu, Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim itu mengajar melalui keindahan.
Beliau tidak menentang secara tajam perbedaan, bahkan kepercayaan. Tidak pula menentang adat istiadat yang berlaku. Ia mengajar dengan memperlihatkan kaindahan dan ketinggian ajaran-ajaran yang disebarkannya. Ia mengajar dengan ramah, sopan, dan berbudi bahasa. Maka banyak anak negeri tertarik dan senang pada cara mengajarnya.
Sungguh hebat, sunggguh mulia perbuatan mengajar.
“Maka aku mengajar di setiap waktu. Agar batu nisan menjadi ijazahku” Si Kuple membatin.
Salam ciamikk selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H