Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Elo Makin Lelah, Kenapa?

14 Desember 2016   23:29 Diperbarui: 14 Desember 2016   23:47 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba saja, temannya Si Kuple bertanya,”Ple, sebenarnya kita hidup itu untuk apa ya ?”

“Bro, pertanyaan elo itu susah dijawab” ujar Kuple santai malam ini.

Tapi gini ya Bro, kalo buat gue sih hidup itu sederhana aja, tutur Si Kuple lagi.

Hidup itu gak susah kok. Kita ini ada di dunia untuk bersiap ke akhiirat. Itu saja. Namanya juga hidup, setelah itu pasti mati kok. Makanya, elo dan gue gak bisa sembarangan menjalani hidup. Gak boleh-asal-asalan, harus jelas. Dari mana dan mau ke mana?

“Bahaya Bro, kalau hidup di dunia aja salah, apalagi di akhirat!” kata Si Kuple.

Gue juga gak abis pikir. Kenapa ada orang bilang bahwa hidup itu sulit? Kok bisa ya. Emangnya “sulit” dibandingkan dengan apa? Sulita mana hidup itu sendiri atau diri elo sendiri?

Menurut gue, hidup elo makin sulit bahkan makin melelahkan. Kenapa? Karena hidup dijalani dengan tidak tulus, terlalu banyak kamuflase. Hidup yang tidak bisa menerima kenyataan, gak realistis. Lalu mengedepankan ego secara membabi-buta. Elo yang benar sendirian, dan semua orang lain salah. Wajar banget dong, kalo hidup jadi dipandang sulit. Karena semua di luar diri elo, dianggap musuh.

Kita ini emang sering lupa.

Tuhan itu memberikan kita hidup, bukan karena kita membutuhkannya. Tapi  banyak orang di sekitar kita yang membutuhkan kita.

Maka seharusnya, hidup itu harus dihadapi dengan sungguh-sungguh. Jangan main-main. Hidup itu buat akhirat.Sungguh, kesuksesan dunia tidak ada artinya jika kita gagal di akhirat. Jabatan, pangkat atau apapun namanya gak berguna kalo gak dijadikan nilai ibadah. HIDUP itu IBADAH di satu sisi, HIDUP juga UJIAN di sisi yang lain.

Jadi harusnya gimana dalam hidup?

Wahhh, kalo itu benar-benar susah jawabnya. Masing-masing orang punya misi sendiri dalam hidupnya. Silakan saja. Tapi yang satu yang pasti setiap kita harus ikhtiar sekuat tenaga untuk melakukan yang terbaik dalam hidup kita. Apalagi usia kita terus bertambah, umur kita makin berkurang.

Hidup itu sederhana. Asal kita mau berpegang pada Angka 3.

Ada 3 hal yang “gak bisa kembali” dalam hidup, yaitu waktu, kata-kata, dan kesempatan.

Ada 3 hal yang “bisa menghancurkan” hidup, yaitu kemarahan, kesombongan, dan dendam.

Ada 3 hal yang “gak boleh dilupakan” dalam hidup, yaitu harapan, keikhlasan, dan kebaikan.

Ada 3 hal yang “harus dimiliki” dalam hidup, yaitu perubahan, pilihan, dan prinsip.

Ada 3 hal yang “gak pasti” dalam hidup yaitu kekayaan, kesuksesan, dan mimpi.

Maka, kita perlu 3 karakter penting dalam hidup, yaitu komitmen, ketulusan, dan kejujuran.

Hidup itu cuma sepenggal kisah. Untuk modal berangkat ke akhirat. Itu saja.

Entah, sekarang ini makin banyak orang yang HIDUPNYA LELAH. Karena kita lebih suka membandingkan segala kekurangan kita dengan kelebihan orang lain. Semua yang ada bukan dianggap anugerah melainkan beban.

Hidup dari dulu sampe sekarang.

Banyak orang sibuk tapi segera melupakan, “SYUKUR atas apa yang ada”.

Salam Ciamikk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun