Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jakarta Itu Kota Kita; Bukan Kota Elo atau Gue...

25 Oktober 2016   22:59 Diperbarui: 26 Oktober 2016   15:59 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konon kata Si Kuple, orang Jakarta sebagian besar itu TUKANG BOHONG. Rajanya tipu, kata orang pinggir jalan. Dari 5 yang diomong , salahnya bisa 6. Banyak gak benernya. Gitu deh kira-kira..

Orang Jakarta emang TUKANG BOHONG.

Hingga suatu kali, kawannya Si Kuple yang dari kampung “yakin” kalo orang Jakarta itu tukang bohong.

Ehhh, pas dia jalan-jalan di kota kita Jakarta naik bus, begitu pengen turun. Si Kondektur bilang “Hati-hati, jangan lupa kaki kiri turun duluan  ya”.

Kawan Si Kuple langsung mikir dalam hati. “Pasti Si Kondektur tukang bohong”. Sebagai pendatang, dia selalu ingat kalo orang Jakarta tukang bohong. Maka melompatlah dia dari bis dengan KAKI KANAN.

Alhasil, kawan Si Kuple jatuh terguling-guling. Dia luka memar, dan bajunya pun robek … Dalam hati kawan Si Kuple mengumpat:

“Dasar emang orang Jakarta tukang bohong. Turun pake kaki kanan aja udah babak belur begini. Gimana gue turun pake kaki kiri. Bedebahhh!”

Begitulah kejamnya kota kita Jakarta. Sampe sulit banget orang bisa percaya, kepada siapapun dan sebab apapun. Terus mau gimana kalo udah gitu …?

Gampang aja sih, solusinya. Kita terima aja Jakarta yang kayak gini. Karena kota ini pasti lebih banyak baiknya daripada jeleknya. Kota ini pantas untuk dicintai daripada dibenci. Tinggal kita, orang-orang yang ada di Jakarta? Mikirnya mau gimana dan mau seperti apa … itu hak elo, itu hak gue. Karena Jakarta memang kota kita.

Maka, daripada MENGELUH Mawar bertangkai penuh duri. Lebih baik GEMBIRA karena angkai berduri itu berbunga mawar. 

Begitulah harus kita “memperlakukan” kota Jakarta … Salam Ciamikk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun