Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa yang Salah dengan Aku? Kok Hobi Cari Salah Orang Lain

24 Oktober 2016   21:44 Diperbarui: 24 Oktober 2016   21:48 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang Salah dengan Aku ? Kok hobby mencari salah orang lain.

Malam-malam gini, Si Kuple bingung. Kok jelang pilkada makin banyak orang yang perhatian sama orang lain. Kenapa sih? Kemarin-kemarin gak begitu. Tapi sekarang kok, jadi peduli?

Ngeri-ngeri sedap. Perhatian atau peduli kalo untuk kebaikan gak masalah. Tapi kalo perhatian hyanya untuk mencari aib orang, mencari salah orang buat apa. Kayak gak ada kerjaan lain aja. Lebih ngeri-ngeri sedap lagi, ternyata kepedulian kita hanya untuk menebar kebencian. Nyinyir atas kelebiihan orang lain. Dan atau gak bisa menerima perbedaan.

Si Kuple membatin. Kayak gak tahu aja. Tiap orang kan punya kekurangan, punya kelebihan. Tinggal masalahnya, mampu atau gak kita menyeleraskannya. Gampang kok, tinggal kitanya aja ….

Apa yang salah dengan aku? Bukan apa yang salah dengan orang lain? Ngeri aja kalo kita gak sempat introspeksi diri, apa yang salah dari diri kita sendiri. Malah hobby-nya mencari salah orang lain.

Agak konyol sih, kalo hidup dipake untuk menyibukkan diri mencari sisi buruk orang lain. Gak sempet kali, kayak gak ada kerjaan lain aja.

Apa yang salah dengan aku? Itu pertanyaan reflektif.

Agar kita gak sibuk mencari salah orang lain. Gak usah tajassus. Iya tajasuss, mengorek-ngorek salah orang lain. Tajassus itu dosa besar. Buat apa memata-matai orag lain cuma untuk mencari kejelekannya? Terus, emang kita udah lebih baik dari orang itu ?

Jangankan terang-terangan. Menyerempet saja gak boleh. DILARANG. Gak boleh mengumbar kejelekan orang lain, gak boleh mencari kesalahan orang lain. Jika itu terjadi, maka patut diduga orang tersebut senangnya “berprasangka buruk”.

Dilarang tajassus, dilarang mengubar kejelekan orang.

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” (Al-Hujurat : 12). Bahkan Rasulullah bersabda, "Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.”

Apa yang salah dengan aku?

Hari ini makin banyak orang yang gemar tajassus, gemar mencari-cari kesalahan orang lain, gemar mengumbar aib, gemar ngomongin keburukan orang lain. Entah secara fakta benar atau tidak, sudah tidak diperhitungkan lagi.

Sungguh prihatin, makin pinter malah makin keblinger. Makin paham agama malah makin nestapa. Gak tau kenapa? Orang sekarang lebih senang berpikir yang negatif dan berprasangka buruk. Seolah gak rela untuk berbaik sangka kepada orang lain. Ogah banget berpikir positif, gak tau kenapa?

Apa yang salah dengan aku? Si Kuple membatin lagi.

Sudahlah, gak ada manusia yang sempurna. Gak usah sibuk mencari salah orang lain. Mendingan sibuk mencari salah diri sendiri. Katanya, manusia itu makhluk yang gak sempurna. Maka artinya, orang lain dan diri kita juga gak sempurna.

Apapun keadaannya, apapun kondisinya.

Sudahilah. Kadang di suatu waktu, kita gak perlu terlalu egois, terlalu bernafsu untuk mencari kesalahan orang lain…. Agar kita bisa “melihat” kebaikan yang lebih besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun