“Tolong jangan panggil aku, Jakarta. Jika kalian ingin ribut, dan merasa benar sendiri” Si Kuple membatin.
Sekali lagi, jangan panggil aku Jakarta. Kalo kerja kalian hanya ingin menghujat, mencaci maki sesama ciptaan Tuhan. Emang apa yang sudah kalian berikan buat Jakarta hahh? Aku Jakkarta hari ini, hanya butuh kebaikan dan persaudaraan. Bukan menebar kejelekan, dan atau menebar perpecahan. Tolong, jangan panggil aku Jakarta...!! Enyahlah ….
Asal kalian tahu. Jakarta sama sekali gak kepengen harus pilih Gubernur. Jakarta sama sekali gak pengen jadi kota megapolitan. Jakarta gak pengen jadi "magnet" untuk kalian semua datang ke sini. Jakarta sangat menerima karena sejarah. Udah dari sononya, kalo JAKARTA harus menjadi seperti sekarang ini. Udah dari sononya, kalo jalan hidup Jakarta seperti ini. Diinjak-injak oleh jutaan manusia setia harinya, dengan segala kepentingan mereka masing-masing.
Asal kalian paham. Jakarta pun gak peduli, siapa calon yang kalian benci atau yang kalian cintai. Itu urusan kalian. Tapi Jakarta hanya disuruh jalanin hak konstitusi doang. Untuk memilih dan dipilih. Dulu gak ada pemilihan kalian nuntut. Sekarang disuruh milih, kalian saling ribut, berisik. Membela mati-matian sambil menjelekkan orang lain. Untuk apa kalian menebar kebencian, bertengkar, lalu menebar perpecahan? Agama mana yang mengajarkan seperti itu?
Jangan panggil aku, Jakarta.
Mana ajaran filosofi “rumah batu” yang kalian ajarkan dulu kepada anak-anak kecil di jalanan. Batu-batu yang disusun menjadi bangunan dan selalu saling menguatkan pada bagian lainnya?
Mana ajaran filosofi “sulaman benang rapuh” yang kalianajarkan dulu kepada anak-anak di dalam kelas. Bahwa ketidaksempurnaan dan kekurangan justru mampu mengikat tali persaudaraan menjadi lebih kokoh?
JANGAN PANGGIL AKU JAKARTA.
Tolong, gak usah kotori Jakarta dengan pikiran dan otak kotor kalian.Tolong gak usah menebar kebencian di Jakarta. Tolong gak usah ikut-ikutan kalo gak milih. Tolong gak usah jadi provokator. Tolong gak usah ngotot cuma vonis salah orang melulu. Tolong gak usah sok merasa benar sendiri. Tolong gak usah bawa-bawa SARA cuma urusan pilkada. Apalagi sampe ngomel-ngomel, nyalah-nyalahin orang. Kalian minta dihormati, maka hormati pula orang yang lain. Udah gak usah banyak ngomong. Pilih aja yang kalian suka, dan gak usah pilih yang kalian benci. SEDERHANA kok. Otak kalian aja yang rumit.
JANGAN PANGGIL AKU JAKARTA.
Enak aja, elo gak ngasih makan Jakarta, gak ngasih makan orang lain, gak ngajarin agama pada siapapun. Giliran ngomel, marah kayak orang yang ngelahirin aja. Penuh caci maki, penuh hujatan, penuh prasangka, penuh kebencian. Di mana sih sekolah kalian? Sekali lagi, JANGAN PANGGIL AKU JAKARTA.
Hei, Kalian emang siapa sih?
Kalian tahu gak? Jakarta itu tempat mengadu nasib 15 jutaan manusia di dalamnya. Tiap hari jutaan manusia cari makan, cari nafkah di Jakarta. Suka gak suka, Jakarta itu udah jadi kayak gini. Jadi pilihan orang banyak cari kerja,meniti karier hingga bisa hidup mapan. Berapa banyak orang sudah dibikin nyaman ada dan tinggal di Jakarta, padahal dulunya susah dan gak bisa apa-apa. Jakarta itu sudah ada 489 tahun lalu, jauh sebelum kalian lahir. JAKARTA udah jatuh bangun, pasang surut bahkan pusing tujuh keliling ngadepin orang-orangnya sendiri. Dari dulu, Jakarta sudah bangun berdiri tegak lalu mau diruntuhkan? Jakarta dari dulu banyak yang memuji dan membanggakan, lalu setelah itu dihujat dan dicaci maki. Tapi JAKARTA TETAP BERJIWA BESAR; tetap diam dan pasrah. Terserah kalian semua mau diapakan? Dan mau dijadikan apa?
Emang kalian di Jakarta sudah berapa lama? Ikut bangun apa di Jakarta? Sudah berjuang seperti Si Pitung gak? Lantas, otak besar kalian seperti apa yang bisa bikin Jakarta lebih baik? Halaahh, Aku Jakarta jadi makin bingung. Kalian kayak tahu banyak aja gimana harusnya Jakarta dikelola. Dulu kemana aja bro ...
JANGAN PANGGIL AKU JAKARTA.
Kalian yang bilang Jakarta itu kota kejam. Sekejam ibu tiri kalian. Kalian yang bilang Jakarta kota macet, kalian juga yang bilang Jakarta kota polusi. Terus, apa yang sudah kalian perbuat untuk Jakarta? Jakarta itu sudah banjir dari tahun 1621. Kalo sekarang masih banjir, lalu apa yang kalian lakukan biar gak banjir? Gak usah lagi omong besar, sok benar sok pinter sok bermoral.
Asal kalian tahu, dari 17 gubernur yang pernah memimpin Jakarta selama 489 tahun, hanya 2 orang yang lahir di kota ini, yaitu Soerjadi Sudirja dan Fauzi Bowo. Jakarta gak pernah nuntut dan ngotot pengen punya Gubernur putra asli daerah. Itulah hebatnya Jakarta, bisa menerima kenyataan. Apapun yang terjadi asal demi kebaikan kota Jakarta silakan saja. Gitu dong, harus realistis dan bisa menerima perbedaan. Kalo gak bisa sama, kenapa gak boleh beda?
JANGAN PANGGIL AKU JAKARTA.
Kalian yang pinter, riset kalian itu yang bilang Jakarta sebagai kota No. 7 di dunia yang paling dibenci. Lalu lintas-nya ruwet, polusi, dan kumuh. Kalian juga yang bilang Jakarta sebagai kota paling tidak nyaman di dunia, kota yang kriminalitasnya tinggi. Kota yang gak tertib, individualis dan sebagainya yang jelek-jelek. Terus, apa yang sudah kalian kerjakan buat Jakarta agar lebih baik? Mungkin kalian hanya cari uang dan menguber status sosial dari Jakarta. Dan kenapa juga kalian masih ada di Jakarta? Kalo benci, kalo kalian gak suka, silakan pergi dan tinggalkan Jakarta. Sederhana dan pasti beres….
JANGAN PANGGIL AKU JAKARTA.
Kalo kalian hanya ingin merusak KEHARMONIAN yang dibangun ratusan tahun di kota ini. Kalian gak pantas ada di kota ini kalo cuma mau menang sendiri, mau benar sendiri. Dulu, kota ini dibangun oleh pejuang dan pahlawan yang tanpa pamrih. Dari dulu, kota ini sangat menghargai perbedaan. Sangat majemuk dan universal. Batavia dulu diduduki penjajah, ada muslim yang putra daerah, ada cina yang dagang, ada wong kaya ada wong kere, bandit pun banyak. Kota ini, ada apa saja sambpe sekaranng. Jangan nyari Surga dunia, nyari Neraka dunia pun bisa di kota ini. Tapi hebatnya, mereka teta bisa menjaga KEHARMONIAN. Bisa saling mengerti, saling memahami satu sama lainnya.
Terus kenapa cuma urusan pilkada, kalian menebar kebencian? Menebar fiitnah, saling menjelekkan, saling sikut, saling bertengkar. Hahhh, mau ngapain? Emang kamu udah bener? Terus orang yang gak sepaham dengan kamu, salah semua? Ngasih makan gak, ngelahirin gak, emang siapa kamu? Kalo itu ada di diri kamu, tolong JANGAN PANGGIL AKU JAKARTA. TITIK.
Sudahlah, gak usah memaksakan kehendak agar orang lain ikut kalian. Katanya kalian pandai berdemokrasi, lalu kenapa kalian ingin menang sendiri? Mikir dong…
JANGAN PANGGIL AKU JAKARTA.
Kalo di kota ini, kalian masih ingin ribut. Gak perlu, gak pantas. Gak perlu menghujat, gak perlu mencaci maki. Gak perlu membenci berlebihan, gak perlu membela berlebihan. Gak usah menghina orang lain, gak usah merendahkan orang lain. Apalagi bawa-bawa dalil, bawa-bawa kitab kebaikan. Itu semua sikap, tindakan yang gak pantas, konyol, dan memalukan.
Boro-boro kalian berterima kasih kepada Jakarta. Kota yang telah “menerima” kalian dengan hangat. Sebagai tempat mengadu nasib, mencari pekerjaan, bahkan mengejar status sosial hingga jadi seperti sekarang. Bersyukur dan berterima kasihlah pada Jakarta. Kota ini baik, kota ini pun pantas diisi oleh orang-orang baik. Untuk urusan apapun dan siapapun.
JANGAN PANGGIL AKU JAKARTA
Karena di Jakarta, kita bisa belajar tentang hidup yang gak cuma kalah menang. Sejelek-jeleknya, Jakarta itu telah mengajarkan kita untuk hidup bertanggung jawab, bertahan dalam berbagai tantangan, berusaha bangkit dari kejatuhan. Dan yang terpenting, menyikapi realitas. MENYIKAPI REALITAS.
Untuk apa kalian bertengkar, berselisih? Apa yang dituju?
Kalo kalian yang menang, pasti ada yang kalah dan terluka. Kalo kalian yang kalah, pasti ada yang senyum dan gembira. Terus, kalo udah begitu mau apa lagi? Gak lama lagi juga kita semua bakal MATI. Mendingan bersiap aja untuk menyambut KEMATIAN masing-masing.
Kalian lupa, Jakarta itu jadi jelek.
Gara-gara, kalian adalah orang-orang pemula yang merasa expert, orang-orang mapan yang susah dipuaskan, dan orang-orang pinter yang gak bisa nerima kenyataan.
JAKARTA itu INDAH
Karena kota ini memberi kita KEBEBASAN HATI, kebebasan berpikir. Hati yang gak perlu berambisi atau terobsesi untuk MENANG. HATI yang dapat menerima KEKALAHAN secara realistis. HATI yang siap menang, siap kalah. Tanpa perlu emosi, tanpa bertengkar, tanpa merasa benar sendiri.
Ada gak ada kalian, JAKARTA tetap INDAH kok.
Dia tetap menjadi kota yang super sibuk, kota yang padat. Kota yang diincar para investor, kota yang memberi berkah dan rezeki bagi banyak manusia dan keluarganya. Mungkin termasuk kalian juga. Sekali lagi, JANGAN PANGGIL AKU JAKARTA kalo hanya mau bikin rusak silaturahim, bikin kami tercerai berai.
Oke, sudahi kebencian kalian. Gak usah saling menghujat, mencaci maki. Setiap orang Jakarta punya hak untuk memilih dan dipilih. Tentu, sesuai sikap dan rujukan mereka masing-masing. Maka hargai perbedaan di antara kita warga Jakarta. Silakan PILIH sesuai calon yang punya program bagus dan jempolan. Jangan mengkerdilkan diri kalian sendiri.
Visi tanpa eksekusi adalah lamunan. Eksekusi tanpa visi adalah mimpi buruk. PILIH yang punya VISI dan EKSEKUSI yang jempolan.
Jakarta itu cinta yang tak hapus oleh hujan, tak lekang oleh panas. Jakarta itu kasih sayang. Begitu kata penyair Sapardi Joko Damono.
Dan terakhir, silakan kalian PANGGIL AKU JAKARTA.
Jika kalian ikhtiar untuk selalu menjaga KEBERSAMAAN di antara kita. Menjaga KEHARMONIAN yang sudah ada selama ini di JAKARTA.Maaf kalo gak berkenan, tulisan ini adalah ekspresi personal Si Kuple, lelaki yang lahir dan besar di Jakarta. Salam ciamikk dari Si Kuple. #CintaJAKARTA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H