Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Takut Kehilangan

10 September 2016   17:10 Diperbarui: 10 September 2016   17:31 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sambil tersenyum, si Bapak tua menjawab ringan, “Iya, agar siapapun yang menemukan sepatu saya bisa memanfaatkannya, itu sepatu baru dan bagus. Jangan sampai sepatu saya kehilangan pasangannya.

Mengapa begitu penting sepatu itu tidak kehilangan pasangannya? Tanya si anak muda.

Iya Nak, karena sepatu itu memang pasangan terbaik di dunia. Karena sepasang sepatu itu:
• Sekalipun bentuk pasangannya tak persis sama tapi tetap serasi.
• Sekalipun geraknya berbeda saat berjalan tapi tujuannya tetap sama.
• Sekalipun satu kiri satu kana tapi tak pernah menuntut berganti posisi; saling melengkapi, yang satu melangkah, yang sebelah mengikuti.
• Sekalippun posisi berbeda tapi tetap setara; tak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi
• Maka, bila yang satu hilang yang lain tak memiliki arti.

Si anak muda terbengong saja. Sambil mikir, ada rasa penasaran.
"Tapi Bapak kok tidak kelihatan susah kehilangan sesuatu? Apalagi kehilangan sepatu baru dan bagus?”

Si Bapak tua tersenyum lagi. “Ahh, anak muda. HARTA kan cuma TITIPAN. NYAWA juga cuma PINJAMAN. TUHAN bisa mengambilnya sewaktu-waktu, kapanpun dan dimanapun.”

Mendengar jawaban si Bapak tua, si anak muda hanya terdiam. Sejenak terkesima. Gak ada lagi kata yang bisa diucapkan.

Seperti kambing dan sapi di musim qurban. Terlalu mudah kehilangan nyawanya.

Karena, kehilangan apapun memang gak bisa pilih-pilih. Apa saja, disapa saja, dan kapan saja. Manusia, bisa mudah kehilangan bila waktunya tiba …

Gak usah takut kehilangan. Apapun yang dimiliki akan hilang. Selagi masih di dunia.

Nikmati saja apapun hingga waktunya tiba. Sambil tetap menjaga hati dan kebaikan. Agar gak lagi takut kehilangan ….

Karena HIDUP, terlalu sia-sia untuk digunakan menua dalam ketakutan mungkin juga kekhawatiran. #GakUsahTakutKehilangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun