Sambil tersenyum, si Bapak tua menjawab ringan, “Iya, agar siapapun yang menemukan sepatu saya bisa memanfaatkannya, itu sepatu baru dan bagus. Jangan sampai sepatu saya kehilangan pasangannya.
Mengapa begitu penting sepatu itu tidak kehilangan pasangannya? Tanya si anak muda.
Iya Nak, karena sepatu itu memang pasangan terbaik di dunia. Karena sepasang sepatu itu:
• Sekalipun bentuk pasangannya tak persis sama tapi tetap serasi.
• Sekalipun geraknya berbeda saat berjalan tapi tujuannya tetap sama.
• Sekalipun satu kiri satu kana tapi tak pernah menuntut berganti posisi; saling melengkapi, yang satu melangkah, yang sebelah mengikuti.
• Sekalippun posisi berbeda tapi tetap setara; tak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi
• Maka, bila yang satu hilang yang lain tak memiliki arti.
Si anak muda terbengong saja. Sambil mikir, ada rasa penasaran.
"Tapi Bapak kok tidak kelihatan susah kehilangan sesuatu? Apalagi kehilangan sepatu baru dan bagus?”
Si Bapak tua tersenyum lagi. “Ahh, anak muda. HARTA kan cuma TITIPAN. NYAWA juga cuma PINJAMAN. TUHAN bisa mengambilnya sewaktu-waktu, kapanpun dan dimanapun.”
Mendengar jawaban si Bapak tua, si anak muda hanya terdiam. Sejenak terkesima. Gak ada lagi kata yang bisa diucapkan.
Seperti kambing dan sapi di musim qurban. Terlalu mudah kehilangan nyawanya.
Karena, kehilangan apapun memang gak bisa pilih-pilih. Apa saja, disapa saja, dan kapan saja. Manusia, bisa mudah kehilangan bila waktunya tiba …
Gak usah takut kehilangan. Apapun yang dimiliki akan hilang. Selagi masih di dunia.
Nikmati saja apapun hingga waktunya tiba. Sambil tetap menjaga hati dan kebaikan. Agar gak lagi takut kehilangan ….
Karena HIDUP, terlalu sia-sia untuk digunakan menua dalam ketakutan mungkin juga kekhawatiran. #GakUsahTakutKehilangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H