Nak, apa kabar? Kamu sedang apa di asrama?
Tak terasa, sudah seminggu ini kamu tidak serumah dengan Abi. Abi kangen sekali, Nak. Entah tiba-tiba, kamu kok jadi sosok yang Abi selalu pikirin setiap hari. Sosok yang Abi kangenin seminggu ini. Sejak kamu di asrama SMAN CMBBS, Abi masih tersentak. Karena tiap sepulang kantor, gak melihat kamu lagi di rumah. Seandainya waktu bisa diputar kembali, Abi pengen lebih lama lagi menghabiskan waktu di rumah bersama kamu, Nak.Nak, kamu sedang apa malam ini?
Sudah seminggu ini, kamu tidak di rumah lagi. Serasa ada yang kurang buat Abi. Terasa sekali. Hampir tiap hari, Abi bertanya pada Ibu, kamu sedang apa di asrama? Siapa yang siapkan sarapan kamu? Gimana kamu mencuci baju sendiri? Gimana pula tatapan matamu sebelum atau sebangun tidur di kamar yang isinya 8 orang teman-teman kamu? Sungguh, semua itu jadi pikiran Abi, juga Ibu.
Entahlah Nak, mungkin ini hanya perasaan Abi yang baru kali pertama “ditinggal kamu belajar dan tinggal di asrama”. Abi juga gak tahu, rasa ini wajar atau tidak.
Tapi asal kamu tahu, mala mini, Abi sangat bersemangat menulis surat virtual buat kamu. Karena esok, Abi akan tengokin kamu di sekolah, di asrama. Dan kita, akan menghabiskan waktu seharian di hari Minggu lusa. Bercengkrama bersama, sambil mendengar cerita kamu di sekolah dan di asrama. Abi pengen tahu banget, apa cerita yang kamu bagi ke Abi?
Nak, Abi hanya bisa tuliskan ini. “Persis seminggu kita tak bersama”. Abi menyebutnya, surat virtual buat Farid Nabil Elsyarif, Siswa SMAN CMBBS (Cahaya Madani Banten Boarding School) Pandeglang Banten. Biar suatu saat, Abi bisa membacanya lagi.
Nak, memang Abi kangen banget sama kamu. Tapi semua itu “terobati” dengan sujud syukur dan bangganya Abi atas prestasi kamu. Terobati oleh tekad dan motivasi kamu yang luar biasa. Walau ini semua gak mudah buat kita, gak mudah buat Farid juga Abi. Karena di usia kamu yang baru 14,5 tahun dan hingga 3 tahun ke depan, kita tidak bersama lagi. Tidak serumah lagi, gak bisa main PS bareng lagi, gak bisa makan bareng lagi. Gak bisa ke toko buku bareng-bareng lagi. Iya kan, Nak ?
Abi bangga pada kamu, Nak.
Karena kamu mampu bersaing dengan teman sebaya untuk bisa menjadi siswa SMAN CMBBS. Melewati proses seleksi yang ketat. Mulai dari seleksi berkas akademik, tes akademik seharian penuh, tes kesehatan, tes psiko dan interview orang tua. Hingga tes hafiz di akhirnya. Semua itu kamu lalui dengan penuh percaya diri.
Dari 2.500 calon siswa yang diseleksi, hingga akhirnya kamu berhasil menjadi salah satu dari 130 siswa yang diterima di CMBBS tahun ini. Bersekolah, tinggal di asrama di CMBBS dan semuanya gratis. Karena sekolah kamu itu dibiayai oleh Pemda Banten. Rasa bangga, salut bercampur syukur ada di dalam dada Abi.
Abi juga memahami perjuangan berat kamu, Nak.
Karena kamu harus tinggal di asrama siswa CMBBS 3 tahun ke depan. Gak mudah, karena di asrama kamu harus hidup mandiri. Mengurus segala keperluan sendiri. Mulai dari bangun pagi, membereskan tempat tidur, belajar, makan, mencuci baju. Semuanya kamu lakukan sendiri. Abi tahu itu semua berat, Nak. Belum lagi jadwal belajar dan hari-hari kamu yang padat. Abi dengar dari Ibu, kamu belajar dari pukul 07.00 pagi hingga pukul 16.00 sore.
Sholat Ashar, istirahat dan mandi. Sebelum Maghrib kamu harus sudah di Masjid untuk sholat berjamaah, lalu murahakah dan mengaji hingga waktu sholat Isya tiba. Seusai itu, kamu baru makan malam di ruang makan dan kembali ke kamar di asrama. Mungkin, kamu langsung tidur dan bangun sebelum Subuh karena harus sholat berjamaah di Masjid. Sungguh, itu semua hidup keseharian yang tidak mudah Nak. Belum lagi target akhir selama kamu di CMBBS, harus rampung HAFIZH 13 JUZ.
Jujur, Abi gak tahu gimana proses itu semua bisa kamu jalani. Bisa jadi, semua itu makin terasa berat karena kamu dilarang membawa HP, dilarang membawa laptop selama di CMBBS, di asrama. Sungguh, semua itu gak mudah Nak. Abi tahu itu. Sementara di sekolah umum atau jika di rumah, semuanya bisa kamu lakukan. Kini, bertanya kabar saja kita gak bisa lakukan. Kecuali di jatah “pulang ke rumah” yang sebulan sekali.
Nak, kamu masih ingat gak? Waktu kamu masih SD, kamu pernah menjadi bagian di kelas Umar bin Khattab. Waktu kamu di SD Annajah.
Umar bin Khattab itu seorang sahabat Nabi, sekaligus seorang Khalifah. Nabi menjuluki Umar sebagai Al-Faruq,orang yang mampu memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Semasa hidupnya, ia sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Mekah. Umar dikenal sebagai sosok yang punya reputasi sangat baik, ahli strategi perang, dan seorang prajurit yang sangat tangguh. Walau ia tergolong dari keluarga kelas menengah, Umar hebat dalam membaca dan menulis. Kebiasaan yang langka di zaman itu. Maka semasa hidupnya, Umar pernah berwasiat 6 hal dalam hidup manusia:
1. Bila kamu menemukan cela pada seseorang dan kamu hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
2. Bila kamu hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
3. Bila kamu hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
4. Bila kamu ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila kamu meninggalkannya, berarti kamu terpuji.
5. Bila kamu bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika kamu tidak bersiap untuk mati, kamu akan menderita, rugi, dan penuh penyesalan.
6. Bila kamu ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena kamu tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
Sungguh Nak, Abi sangat kagum kepada Umar bin Khattab. Semoga kamu juga mengaguminya, meneladaninya. Karena Abi tahu, kamu juga sosok yang jago strategi dan tangguh.
Disegani dan mampu membedakan yang benar dan yang batil. Itu penting dalam hidup di zaman sekarang, Nak. Seperti niat Abi ketika menyematkan namamu dengan Farid Nabil Elsyarif ketika lahir dulu. Di balik nama itu, ada makna “kehadiran permata yang istimewa dan mulia, buah cinta 2 insan manusia”. Kamu adalah harapan Abi dan Ibu, Nak. (http://www.kompasiana.com/syarif1970/senandung-harapan-anak-farid-nabil-elsyarif-catatan-seorang-ayah-2_551fcf88a333118940b65e2f)
Nak, sudah seminggu ini kita tak tidak bersama.
Abi berdoa, agar kamu bisa jadi orang kuat yang gak angkuh. Jadi orang sabar yang bukan berarti tidak berdaya. Jadi orang ikhlas namun tetap menjunjung tinggi martabat dan harga diri. Jadi orang yang pasrah kepada Allah tapi tetap ikhtiar. Maka kelak, kamu akan menjadi anak yang soleh. (http://www.kompasiana.com/syarif1970/selembar-nasehat-ulang-tahun-untuk-anakku-farid-nabil-elsyarif_56887e6180afbd7d0abc377c)
Nak, semakin Abi banyak menulis malah Abi semakin kangen pada kamu.
Tapi tegas katakan, Abi biarkan kamu di asrama. Untuk hidupmu, untuk agamamu kelak. Kamu sudah memilih jalan yang baik. Maka kamu berhak mendapat kebaikan. Abi doakan agar kamu selalu diberi kesehatan, keselamatan dan rajin belajar serta ibadah.
Ingat kata-kata Umar bin Khattab, Nak.
"Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar".
Sudah dulu ya Nak. Semoga kamu terlelap dalam indahnya tidur malam ini. Sampai jumpa hari Minggu ya Nak.
Salam sayang dan peluk cium Abi untukmu Nak, Farid Nabil Elsyarif, Siswa SMAN CMBBS. #CatatanSeorangAyahuntukAnaknya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H