Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Gawat Darurat Pendidikan Hingga Agenda Gerakan Semesta Pendidikan

26 Mei 2016   05:31 Diperbarui: 26 Mei 2016   07:20 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.hipwee.com

Ketiga, kesetaraan sebagai orientasi pendidikan, bukan kesempurnaan.Praktik dan perilaku belajar harus didorong untuk membangun kesetaraan, bukan kesempurnaan. Orientasi pendidikan adalah membangun kerjasama, bukan kompetisi antarsiswa. Belajar bukan sarana untuk mencapai nilai tinggi, melainkan untuk membangkitkan kegairahan siswa dalam belajar. Kegiatan belajar bukan bergantung pada “kunci jawaban”, tetapi bertumpu pada “pengertian”.

Keempat, siswa berpegang pada proses dalam belajar, bukan hasil belajar. Proses agar siswa berani bertanya dan tidak takut salah. Karena dengan cara itu, siswa akan mampu mengeksplorasi potensi diri, di samping dapat memacu kreativitas dalam belajar. Hasil belajar bukan satu-satunya indikator keberhasilan siswa dalam belajar.

Kelima,pendidikan harus dipandang sebagai ikhtiar kolektif. Adanya kesadaran akan makna pendidikan dan upaya bersama menyelesaikan problematika pendidikan. Semua elemen masyarakat harus terlibat dalam proses dan dinamika pendidikan. Karena pendidikan bukan program melainkan gerakan moral bersama untuk memajukan harkat dan martabat bangsa.

Dalam prosesnya, pendidikan sebagai gerakan semesta tidak boleh menjejali siswa dengan beragam materi pelajaran. Pendidikan bukan untuk mengejar nilai semata lalu melupakan proses. Agar siswa tidak “tahu sedikit tentang banyak hal, tetapi tidak tahu banyak tentang satu hal”.

Pendidikan sebagai gerakan semesta bukan sebuah keniscayaan.

Guru harus mengambil peran lebih besar dalam mengendalikan konten dan arah pembelajaran. Agar siswa lebih menekankan pada budaya dan karakter dalam belajar.Guru harus berani dan kreatif dalam mengajar, harus tegas dalam membentuk siswa yang cerdas dan berkarakter. Karena siswa yang baik hanya lahir dari tangan guru yang baik. Oleh karena itu, guru harus keluar dari praktik-praktik mengajar yang tidak relevan. Menjauh dari cara mengajar yang monoton dan tidak menggairahkan siswa. Kualitas guru menjadi penting dalam gerakan semesta pendidikan.Karena senang atau tidanya siswa dalam belajar, hanya ada di tangan guru.

Pendidikan sebagai gerakan semesta menempatkan guru sebagai model bagi siswanya. Guru yang gemar membaca, menulis, dan memiliki sikap yang bergairah dalam mengajar. Bukan guru yang sibuk dengan urusan pangkat, gaji, dan pemberkasan sertifikasi. Guru adalah ujung tombak keberhasilan gerakan semesta pendidikan. Kebijakan pendidikan boleh berubah, kurikulum juga boleh ganti. Tapi guru, tetap memegang kendali untuk menentukan arah pembelajaran.

Dalam konteks ini, pendidikan sebagai gerakan semesta lebih mudah diwujudkan bila guru tidak hanya mengajar, tapi juga mendidik dengan standar kompetensi yang memadai. Guru harus mampu “menghidupkan” suasana belajar. Guru yang tidak merasa tahu segalanya. Tapi guru yang mampu menjadi belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan; mampu mendorong siswa menemukan jati dirinya. #GerakanSemestaPENDIDIKAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun