Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Racun Hidupmu itu Menyeramkan

31 Maret 2016   13:09 Diperbarui: 31 Maret 2016   13:19 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Ujungnya, kamu mengidap racun PENYANGKALAN. Semuanya disangkal. Tidak tahu lagi mana yang benar dan mana yang salah. Hilang sudah kesadaran untuk berani mempertanggungjawabkan atas apa yang dilakukan. Putih dibilang hitam, atau sebaliknya. Menyangkal dan berpaling dari kebenaran. Semua demi harga diri, maka racun untuk menyangkal ada di dalam pikiran dan hati.

 

Racun hati, racun pikiran dalam diri kamu mengajak jauh dari perbuatan baik, semakin gemar terlibat dalam perbuatan jahat.

 

Racun dalam diri. Pergilah yang jauh.
Karena kita tidak sedang membela diri. Tapi kita perlu mengkaji diri. Siapa yang racun, mana yang racun dalam diri sendiri.

 

Setiap kita, harus meredakan dan mengurangi “racun-racun” dalam kehidupan kita. Agar lebih positif, lebih baik dalam berpikir, berucap dan bertingkah laku. Karena di dalam diri ada "pertarungan" unsur positif dan unsur negatif. Tinggal terserah kamu, mana yang mau dimenangkan?

 

Racun mewajibkan kita refleksi diri. Karena hanya orang yang sehat yang bisa mengubah racun menjadi obat; mengubah keluh-kesah menjadi harapan, mengubah hambatan menjadi tantangan.

 

Karena mash ada harapan di tengah kesulitan. Itu pasti asalkan kita menjauh dari "racun" hidup kita sendiri. #BelajarDariOrangGoblok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun