Ujungnya, kamu mengidap racun PENYANGKALAN. Semuanya disangkal. Tidak tahu lagi mana yang benar dan mana yang salah. Hilang sudah kesadaran untuk berani mempertanggungjawabkan atas apa yang dilakukan. Putih dibilang hitam, atau sebaliknya. Menyangkal dan berpaling dari kebenaran. Semua demi harga diri, maka racun untuk menyangkal ada di dalam pikiran dan hati.
Racun hati, racun pikiran dalam diri kamu mengajak jauh dari perbuatan baik, semakin gemar terlibat dalam perbuatan jahat.
Racun dalam diri. Pergilah yang jauh.
Karena kita tidak sedang membela diri. Tapi kita perlu mengkaji diri. Siapa yang racun, mana yang racun dalam diri sendiri.
Setiap kita, harus meredakan dan mengurangi “racun-racun” dalam kehidupan kita. Agar lebih positif, lebih baik dalam berpikir, berucap dan bertingkah laku. Karena di dalam diri ada "pertarungan" unsur positif dan unsur negatif. Tinggal terserah kamu, mana yang mau dimenangkan?
Racun mewajibkan kita refleksi diri. Karena hanya orang yang sehat yang bisa mengubah racun menjadi obat; mengubah keluh-kesah menjadi harapan, mengubah hambatan menjadi tantangan.
Karena mash ada harapan di tengah kesulitan. Itu pasti asalkan kita menjauh dari "racun" hidup kita sendiri. #BelajarDariOrangGoblok
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H