Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gue Gak Bisa Nulis (20); MERASA Gak Bisa Itu Hambatan Menulis

23 Maret 2016   21:36 Diperbarui: 23 Maret 2016   21:43 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Kamu mau tahu gak resep menulis yang paling gampang?

Gak usah banyak MERASA. Begitu pikiran bekerja, tangan bergeraklah untuk menulis. Tulis tulis dan tulis.

 

MERASA gak bisa nulis. Itulah hambatan dalam menulis.

Menulis gak bakal jadi kalo dihantui perasaan gak bisa. MERASA gak bisa, merasa gak mau, merasa gak mungkin, merasa gak punya bakat. Dan merasa-merasa yang lainnya. Pantes akhirnya gak mau nulis. Niat pengen nulis, tapi merasa sulit jadi gak nulis deh … Selamat ya atas perasaan kamu itu.

 

MERASA, itulah hambatan dalam menulis.

Merasa tulisan yang sudah dibuat jelek dan tidak menarik

Merasa percuma kalo sudah nulis terus gak dibaca orang

Merasa gak punya bakat untuk menulis

Merasa sulit bikin tulisan yang runtut

Merasa takut kalo tulisannya gak dipahami orang

Merasa gak punya gaya tulisan yang khas

Merasa gak punya ide yang bisa dituliskan.

 

Kamu terlalu banyak MERASA, itulah hambatan menulis. Akhirnya gak pernah mau mulai menulis, gak pernah mau coba menulis. Terus mau sampai kapan begitu terus? Kamu itu gede banget sih perasaannya, terlalu MERASA yang gak-gak.

 

Kalo kata orang tua kita dulu, apa yang kamu “rasa” belum tentu sama dengan “nyatanya”.

 

Gue gak bisa nulis. Untung saya gak pernah MERASA dalam menulis. Karena saya, menuliskan apa yang dirasakan, diketahui, atau dialami. Gak ada beban sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun