Nulis itu gak butuh bakat. Tapi butuh pembiasaan. Butuh komitmen untuk nulis tiap hari. Karena sebenarnya kamu juga sudah “menulis” tiap hari. Coba cek saja, tiap hari tiap saat kamu kan gemar ngomong, suka berbicara. Tiap hari, kasih ide ke orang lain, ngobrolin apa saja, bicara tentang rencana dan proses yang harus dilakukan, merenung sesuatu dalam hati dan pikiran, bahkan ambil keputusan yang dianggap perlu.
Setiap hari, ketika kamu bicara berarti kamu sedang menulis sesuatu dalam “perkataan, pikiran atau perenungan”. Nah, nulis itu menjadi gampang bila kamu bisa mengubah semua yang dikatakan, dipikirkan, direnungkan menjadi sebuah tulisan. Tulis saja yang kamu katakana, pikirkan atau renungkan. Maka jadilah tulisan kamu. Dan itu sangat berguna menjadi catatan pribadi sekaligus pelajaran buat orang lain.
Biar gak seperti Zaskia Gotik, maka menulislah sebelum berbicara. Agar pikiran kamu lebih tertata, lebih baik dari sebelumnya.
Gue gak bisa nulis. Gak boleh lagi ada alasan itu. Kalo kamu mau mulai.
Menulis atau nulis. Apapun, tulislah agar kamu lebih mahir menata pikiran. Bukan asal ceplos, asal nyerocos dalam omongan. Hingga lambang negara diijadikan lelucon, gak ciamikk itu.
Karena menulis, berarti kita sedang menata pikiran. Menjadi lebih sistematis, lebih terstruktur, lebih bertanggung jawab atas apa yang kita tuliskan. Sungguh, menulis mampu memaksa kita terus mengasah pikiran, berselancar di alam pikiran kita sendiri. Lalu, berbagi tulisan hingga banyak yang orang tercerahkan. #BelajarDariOrangGoblok
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H