Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ayo Kita Maju; Murid yang Siap Pasti Didatangi Guru yang Hebat

12 Februari 2016   06:27 Diperbarui: 12 Februari 2016   08:30 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayo kita maju. Tapi kok maunya jalan di tempat.
Banyak orang pengen hidupnya berubah. Hidup yang lebih baik menurut pikirannya. Kalo bisa orang lain pun berbuat seperti yang dia mau. Itu mah bukan ajakan untuk maju.

Ayo kita maju. Tapi kok masalahnya tetap sama.
Banyak orang pengen keadaannya berubah menjadi lebih baik. Tapi sayang, masalah kecil sering dibesar-besarin. Masalah orang lain dianggap jadi masalah dirinya. Sibuk ngurusin orang lain. Akhirnya gak bisa move on. Masalahnya tetap sama, keadaannya tetap sama. Kalo gitu mah gak bakal maju.

Ayo kita maju. Itu ajakan atau slogan.
Banyak orang diajak maju tapi perilakunya gak mau maju. Diajak maju pikirannya malah mempersoalkan masa lalu. Pantes maju cuma jadi slogan, cuma jadi kesadaran. Tanpa perlu diikuti tindakan untuk maju. Kalo gitu, maju itu sebenarnya apa?

Gimana mau maju. Apapun gak bakal bisa maju. Kalo masalah dianggap sebagai hambatan bukan pelajaran. Kalo masa sulit dianggap sebagai penghalang bukan tantangan untuk lebih baik. Kalo puluhan tahun tetap jalan di tempat tanpa mau menerima perubahan, tanpa mau berubah. Gak bakal maju kalo gitu...

Ayo kita maju.
Itu kalimat ajakan untuk kita maju. Berjalan atau berlari ke depan. Dengan sedikit saja menoleh ke belakang. Berpikir tentang masa depan yang lebih baik. Bukan berpikir masa lalu yang gak ada habisnya, bikin bete atau malesin. Ayo kita maju. Itu tekad yang harus dibenamkan pada setiap diri. Tanpa perlu mengeluh. Tanpa perlu mencari kambing hitam. Tanpa perlu menyalahkan orang lain. Ayo kita maju, itu bukan cuma slogan.

Hidup itu bergerak maju. Ayo kita maju.
Maju menuju kematian. Maju untuk bisa lebih baik. Maju untuk hari ini gak boleh sama dengan hari kemarin. Maju. Maju. Maju.

Ayo kita maju.
Kata-kata sederhana. Lugas dan artinya jelas. Cuma gak banyak orang bisa melakukannya. Niatnya maju tapi lakonnya mundur. Tekadnya ke depan tapi yang diurusin soal belakang. Mimpinya puluhan tahun ke depan tapi aksinya gak berubah, begitu-begitu aja.

Berteman itu untuk maju. Bekerja untuk maju. Ber-organisasi untuk maju. Kuliah untuk maju. Bergaul untuk maju. Bermasyarakat untuk maju. Bahkan bernegara pun untuk maju. Tapi sayang, masih banyak orang yang gak mau maju. Menodai atau mengotori komitmen untuk maju. Lebih senang memperlebar perbedaan daripada mencari persamaan untuk maju. Akankah kita maju kalo begitu?

Ayo kita maju.
Itu bukan bikin mimpi menjadi semakin redup dan redup. Tapi menjadikam mimpi sebagai kesempatan untuk bangkit. Mau berubah dari sudut pandang sempit ke yang lebih luas.

Ayo kita maju.
Maju dalam berpikir. Maju dalam bersikap. Dan maju dalam bertindak. Hari dan esok, kita harus bertumbuh lebih baik dari keadaan sekarang.

Kuncinya, belajar dan berjuang untuk terus belajar lebih baik dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Continues learning and never ending improvement. Untuk hal apapun dan dalam keadaan apapun. Untuk terus memperbaiki kualitas diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun