Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Biar Lapar, Kamu Mau Puasa Kan ?

5 Juli 2015   17:20 Diperbarui: 3 Juni 2016   22:54 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biar lapar, kamu mau puasa kan…?? Alhamdulillah kalo begitu. 

Kamu harus tahu. Lapar itu mampu menimbulkan kerendahan hati dan melenyapkan kesombongan serta kezaliman yang ada di dalamnya. Lapar itu sabar. Jika hati dapat bersabar, maka perut pun akan dapat memahaminya. 

Puasa memang hebat. Disambut bak "pangeran ganteng". Semua bersiap, semua berkemas. menyambut gembira. Bahkan saking gembiranya, saat berpuasa pun kalo ditanya, “gimana sih rasanya puasa sih? Pasti lapar dan haus kan?”
Rame-rame orang yang lagi puasa menjawab, “Ahhh, enggak kok. Biasa aja”.

 

Agak menarik buat kita, kenapa orang yang puasa menjawab “enggak lapar dan haus, alias biasa saja”. Kalo mau jujur seharusnya, kita jawab “Iya, lapar dan haus banget”. Ya namanya juga puasa. Enggak makan, enggak minum dari sahur hingga maghrib. Masak enggak berasa lapar dan haus. Jadi harusnya, orang yang puasa, rasanya gak biasa aja. Harus berasa lapar dan haus.

Agak aneh aja, kalo orang yang puasa sama sekali enggak merasa lapar dan haus. Patut dipertanyakan. Bukankah orang puasa pasti kurang nutrisi, tidak seperti hari-hari saat tidak berpuasa.

Kalo puasa enggak lapar dan enggak haus, lalu untuk apa berpuasa?

Justru pelajaran terpenting puasa itu, harus merasa lapar dan haus. Agar kita bisa merasakan betapa berat penderitaan “mereka” yang miskin, anak-anak yatim. Mereka yang sudah terbiasa lapar dan haus dalam hidupnya sehari-hari. Syukur Alhamdulillah, jika kita mau berbagi kepada “mereka” yang membutuhkan. Apalagi di bulan puasa. Tapi jika tidak pun, sangat baik jika kita merasakan apa yang mereka rasakan. Puasa, kita sedang menahan lapar dan haus.

Puasa itu LAPAR. Karena lapar akan menjernihkan hati dan menajamkan penglihatan, sedangkan kenyang menyebabkan kedunguan dan membutakan mata hati.  

Kamu mau puasa kan ?
Lalu, mengapa kita sibuk mencari resep makan sahur yang bisa tahan lama hingga maghrib? Mengapa pula, kita berjuang keras mencari makanan buka yang bisa mengemballikan energi selama berpuasa?

Sungguh boleh-boleh saja. Tapi, saat sahur atau berbuka puasa seharusnya biasa-biasa saja. Tidak perlu sahur dengan makan sebanyak-banyaknya. Agar tidak cepat lapar. Bahkan, tidak perlu juga berbuka puasa dengan “menyantap” segala makanan, penuh dengan nafsu. Seperti orang yang balas dendam akibat berpuasa.

Kamu mau puasa kan…?
Sungguh, kita enggak perlu mencari-cari cara atau resep untuk memilih makanan yang bisa membuat kita segar sepanjang hari. Di media, di mana saja, kita sering diajarkan untuk memilih makanan yang tepat saat puasa. Agar kita tidak terlalu menderita akibat lapar dan haus. Ahhh, itu tidak sepenuhnya benar ….. Berpuasalah, agar kita dapat "merasakan" segala konsekuensinya akibat puasa. Karena puasa itu ibadah wajib, ibadah antara kita dengan-Nya.

 

Di samping ibadah, puasa juga ujian. Ujian agar kita tetap bekerja seperti biasa walau dalam keadaan lapar dan haus. Ujian tetap punya aktivitas sekalipun perut kosong dan kehausan. Itulah sejatinya “pelajaran” orang yang lagi puasa.

 

Ya, seperti orang-orang miskin dan anak-anak yatim, meski belum makan dan minum, mereka terus berjuang menjalani hidup sehari-hari.Mereka tetap semangat menyambung hidup sambil menghiraukan rasa lapar dan haus. Tetap tabah walau hidupnya susah. Mereka sangat terbiasa berpuasa. Lebih sering menahan lapar dan haus, di keseharian mereka. Sekali lagi, hikmah puasa kita adalah merasakan lapar dan haus seperti mereka.

 

Kamu mau puasa kan…??
Sungguh, kita tak perlu mengingkari rasa lapar dan haus. Tak perlu menghindari lapar dan haus. Karena puasa, justru kita harus merasakan lapar dan haus. Sehingga kita bisa sabar menjalaninya. 

Karena tidak ada sesuatupun yang mampu mematahkan nafsu melebihi rasa lapar. Maka, kamu harus puasa.

Maka berpuasalah kamu. Agar bisa merasakan penderitaan orang-orang miskin, termasuk anak-anak yatim. Agar kita bisa seperti mereka. Karena lapar membuat beban hidup terasa ringan dan menjadikan sifat syukur yang tinggi.

Hingga akhirnya setelah puasa, kita pantas menjadi “hamba” pilihan-Nya. Kamu pun pantas menjadi pemenang.  Orang-orang yang lebih baik dari sebelumnya, yang lebih peka terhadap lingkungan sosial kita.

 

Kamu mau puasa kan …?? Alhamdulillah, selamat berpuasa kalo begitu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun