Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

4 Sebab Orang Indonesia Remehkan Masa Pensiun

4 Juni 2014   19:27 Diperbarui: 26 Juli 2015   09:57 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1414412161103270679

Siapapun kita bakal pensiun. Kan gak mungkin kerja melulu. Pokoknya, Masa Pensiun pasti tiba. Tidak mengenal profesi. Atau bahkan pangkat dan jabatan. Karena PENSIUN berkaitan dengan waktu, usia kita. PENSIUN adalah masa dimana kita tidak bekerja lagi karena masa tugas sudah selesai. Tapi di masa pensiun atau tidak bekerja lagi, kita tetap harus membiayai hidup kita yang tersisa.

 

Masalahnya, sudah siapkah kita penisun?

Ingat, untuk mempertahankan “gaya hidup” kita yang sekarang di masa pensiun, setidaknya dibutuhkan dana 70% dari gaji terakhir yang kita miliki. Artinya, bila sebelum pensiun kita memiliki gaji terakhir Rp. 10 juta, maka kita membutuhkan biaya Rp. 7 juta di saat pensiun agar dapat “bertahan” dengan gaya hidup kita yang standar. Tidak berubah di saat sebelum pensiun atau sesudah pensiun.

 

 

Pertanyaannya, dari mana dana 70% agar kita tetap bisa membiayai dan mempertahankan gaya hidup setelah pensiun ?

 

Itulah masalahnya. Tidak banyak orang Indonesia yang siap untuk memasuki masa pensiun. Hasil Survey Manulife Investment Sentimen Index (MISI) awal tahun 2014 ini menyatakan “7 dari 10 orang Indonesia masih ingin bekerja di saat usia pensiun.”

 

Masih banyak dari kita yang meremehkan masa pensiun. Angka penetrasi program pensiun di Indonesia baru mencapai 5%. Bahkan data lain menyatakan dari sekitar 60 juta pekerja formal di Indonesia HANYA 2% yang memiliki program pensiun, sedangkan 98% sisanya tidak punya jaminan pensiun.

 

[caption id="attachment_369782" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Pribadi - Jangan remehkan pensiun"][/caption]

Sungguh, perencanaan masa pensiun masih jadi "barang langka" di Indonesia. Jika mau jujur, tidak sedikit dari kita yang menganggap remeh masa pensiun. Toh masih lama pensiunnya, nanti saja. Begitulah. Mengapa kita meremehkan masa pensiun?

 

Setidaknya ada 4 sebab orang Indonesia meremehkan masa pensiunnya sendiri.

1. Meremehkan usia dan masa kerja. Banyak dari kita di saat muda dan bekerja tidak mau “menyisihkan dana” untuk masa pensiun. Merasa pensiun masih lama jadi tidak perlu dipersiapkan, masih ada waktu. Padahl justru di usia muda dan bekerja kita perlu siapkan masa pensiun. Tidak ada ruginya karena akan mendapatkan hasil yang lebih besar. Menabung “sedikit” di usia muda maka akan memperoleh “bukit” di masa pensiun.

2. Meremehkan investasi. Namanya investasi pasti untuk masa nanti. Mulailah untuk investasi selagi muda dan sebisa kita. Apalagi investasi untuk masa pensiun, kita harus mulai dari sekarang. Ada banyak macam investasi, silakan disesuaikan dengan profil risiko dan keperluan jangka panjang kita sendiri.

3. Terlalu cepat “mencairkan” manfaat pensiun. Ada sebagian dari kita yang sudah “menabung” untuk masa pensiun dari muda tapi sayangnya “terlalu cepat” juga mengambil manfaatnya. Alias, dana yang disiapkan untuk pensiun “sering diambil” duluan untuk menutupi “kebutuhan” sekarang. Akhirnya, dana pensiunnya tinggal sedikit atau bahkan habis duluan.

4. Terlalu royal. Tidak sedikit dari kita yang terlalu “royal” menghabiskan gaji/penghasilan. Terlalu mengikuti “gaya hidup modern” yang berbiaya mahal. Mulai dari gadget, teknologi, dan gaya hidup lain sehingga tidak mau menyisihkan dana untuk masa pensiun. Seharusnya kita bisa hemat dalam hidup.

Lalu, apa yang harus kita lakukan?

 

Milikilah program pensiun. Kita dapat mengikuti program pensiun DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Di samping menabung dan alternatif investasi lain, program pensiun DPLK patut menjadi “kendaraan” kita menuju masa pensiun. Program Pensiun DPLK dapat disiapkan oleh pemberi kerja/perusahaan untuk para karyawannya/pekerjanya. Atau bisa juga melalui Program DPLK untuk Kompensasi Pesangon (DPLK PPUKP). Karena Program Pensiun DPLK/DPLK PPUKP bertujuan untuk: 1) menyiapkan dana untuk keperluan masa pensiun kita, 2) dapat digunakan untuk pembayaran pesangon/manfaat pensiun karyawan sesuai UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, 3) memiliki fasilitas tax benefits, dan 4) memberi hasil investasi yang memadai.

 

Mulailah Program Pensiun DPLK dari sekarang. Di samping bersifat fleksibel, program DPLK juga dapat disesuaikan dengan kondisi perusahaan dan transparan dalam pengelolaannya. Sebagai karyawan usulkan ke tempat bekerja kita agar memiliki Program Pensiun DPLK atau sebagai Perusahaan/pemberi Kerja menyiapkan program pensiun untuk karyawan/pekerjanya.

 

Yukkk, kita berhenti untuk meremehkan masa pensiun. Saat bekerja kita perlu biaya, saat pensiun juga tetap perlu biaya. Saat muda butuh biaya, saat tua juga butuh biaya. Jangan remehkan masa pensiun kita sendiri. Bukankah setiap kita ingin “menikmati”, bukan “meratapi” masa pensiun.

A Leader for Employee Benefits, FOR YOUR FUTURE .... Salam PENSIUN !!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun