Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kamu Suka Banget Bikin Berantem Rencana vs Prasangka

2 Januari 2015   16:45 Diperbarui: 30 Agustus 2015   14:45 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amanah dan apapun namanya, mandat itu diberikan atas dasar rasa saling percaya, bukan rasa saling curiga.

 

Yukk, kita simak kisah prasangka yang ciamik ini:

Seorang eksekutif muda, naik kereta ekonomi Non AC Jakarta-Bogor. Tentu, beda jauh dengan suasana kereta AC yang sering dia naiki. Agak panas. Dan saling berdempetan. Banyak yang berdiri. Sambil jaga keseimbangan badan seiring laju gerbong kereta yang kadang berguncang.

 

Si eksekutif muda hanya penumpang kereta seperti lainnya. Sesak-sesakan. Walau pakaiannya jas casual. Keringat pun menetes di tubuhnya. Lalu, ia membuka Tablet Android-nya, 8 inci. Lebih besar, dibanding HP umumnya. Ia memang sedang ada chat penting. Chat tentang dana untuk menggalang bantuan untuk orang-orang korban banjir.

 

Prasangka mulai muncul dari penumpang lain. Semuanya menoleh ke si eksekutif muda. Batin mereka berkata:

· Di dekat pintu, ada seorang pemuda lusuh membatin, ‘Huh, pamer dia dengan barangnya. Sudah tahu di kereta Ekonomi.’

· Seorang pedagang menoleh, ‘Mentang-mentang sekali HP nya seperti itu dipamerkan. Sudah tahu di kereta Ekonomi.’

· Seorang nenek juga melirik, ‘Orang muda sekarang, kaya dikit aja langsung pamer. Naik kereta Ekonomi, pamer-pameran.’

· Seorang ibu membatin, ‘Mudah-mudahan suami saya ga senorak dia. Norak di kereta Ekonomi bukanlah hal terpuji.’

· Seorang gadis ABG menatap, ‘Keren sih keren, tapi gak banget deh sama gayanya. Kenapa gka naik kereta AC saja kalau mau pamer begituan?’

· Seorang pengusaha membatin, ‘Sepertinya dia baru kenal ‘kaya’. Atau dapat warisan. Hhh…andai dia merasakan jerih pahit saya jadi pengusaha; barang tentu saya tidak akan pamer barang itu di kereta Ekonomi. Kenapa tidak naik AC saja sih?’

· Seorang ustadz kampung melirik, ‘Andai dia belajar ilmu agama, tentu tidak sesombong itu. Urusan pamer, naiklah ke kereta AC.’

· Seorang pelajar SMA membatin, ‘Gue tau lo kaya. Tapi plis deh, lo ga perlu pamer gitu kalee’ ke gua. Gua tuh ga butuh style elo. Kalo lo emang pengen diakuin, lo bisa out dari sini, terus naik kereta AC. Kalo gitu kan, lo bisa pamer abis. Di sono mah comfort gila. Ill feel gue jadinya.’

· Seorang tentara menoleh, ‘Nyali kecil, pamer gede-gedean. Dikira punya saya tak segede itu. Kalau mau belagak pamer, pamer sekalian di kereta AC.’

· Seorang penumpang sakit membatin, ‘Orang ini terlalu sombong, ingin pamer di depan rakyat kecil. Padahal kereta untuk orang semacam ini adalah kereta AC, bukan kereta ekonomi yang isinya rakyat kecil.’

· Seorang mahasiswa juga beranggapan, ‘Gue ga tega orang begini idup. Gue agak heran, ni orang nyawanya berape. Belagu amaat! Pengen banget gue usir biar die naik kereta AC aja.’

Si eksekutif muda tersenyum. Ia sama sekali tak tahu batin penumpang di dekatnya. Lalu, ia menyimpan Tabletnya di tas. Lagi-lagi, ia tersenyum dan bersyukur dalam hati. Sambil membatin, “Alhamdulillah Ya Allah, akhirnya para donatur bersedia membantu semua semua korban banjir. Alhamdulillah, Ini kabar baik sekali.”

 

Lalu, ia sempatkan melihat kantong bajunya. Secarik tiket kereta Ekonomi di dalamnya. Ia bergumam, “Alhamdulillah, tadi sempat tukeran karcis dengan seorang nenek tua yang mau naik kereta sesak ini. Tidak tega saya. Biarlah dia yang naik kereta AC itu. Mudah-mudahan selamat” batin si eksekutif muda.

 

 

Bagaimana batin kita membaca kisah di atas ? Pikir dan renungkan saja sudah cukup kok ...

 

Sahabat, segudang rencana, segudang prasangka.

Hanya satu cara, bersamaan dengan rencana yang sudah kita susun maka singkirkan prasangka buruknya. Rencana yang berhasil adalah rencana tanpa prasangka. Musuh besar rencana itu prasangka buruk. Lawannya cuma prasangka baik. Pikiran yang selalu positif. Dalam pergaulan sehari-hari, berbaik sangka menjadi sangat penting. Rencana pribadi, rencana bersama hanya bisa terjadi karena persangkaan yang baik. Ajaran agama juga bilang begitu kok. Dan ketahuilah, rencana yang tanpa prasangka juga penting. Karena, tujuan yang berjalan sukses dan menyenangkan tanpa rencana itu sungguh jarang terjadi. Sukses tanpa rencana, ya elahhh....

 

Kita adalah RAJA dari pikiran kita sendiri. Berpikir positif lebih baik daripada berpikir negatif. Dan raja yang baik harus mampu memilih respon positif, meski di tengah lingkungan paling buruk sekalipun. Karena kita, tidak diciptakan untuk menjadi kalah, tapi ditugaskan untuk memberikan kemenangan !!

Ketahuilah, "Know before judging, because that looks beautiful is not always beautiful, and that looks bad is not always bad - Kenali terlebih dahulu sebelum menilai, karena yang tampak indah tak selalu indah dan yang tampak buruk tak selalu buruk."

Gak usah lagi bikin berantem Rencana vs Prasangka, stop dan kahir mulai sekarang. Ya elahh, ini cuma tulisan doang aja ...

#BelajarDariOrangGoblok

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun