Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Maulid; Bukan Soal Hari Lahir Belaka ...

3 Januari 2015   23:16 Diperbarui: 24 Desember 2015   10:50 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1420276571215705708

Gak ada yang istimiewa dari hari kelahiran kita, aku atau kamu. Sungguh, hari lahir gak istimewa.

Karena tiap hari, tiap jam, tiap menit bahkan detik di dunia ini selalu ada bayi yang lahir. Ada orok yang mengoak tanda dilahirkan. Saking gak istimewanya hari lahir, gak terasa saat ini dunia telah dihuni oleh lebih dari 7,2 miliar manusia. Mungkin es dawet juga kalah banyak, kalo manusia sudah ngumpul semua.

 

Bagaimana halnya dengan Maulid Nabi yang selalu diperingati setiap tahun?

Maulid itu artinya kelahiran. Tidak uuga istimewa hari lahir Nabi Muhammad SAW. Seperti manusia lain pada umumnya. Patut diingat, Nabi pun tidak pernah menjadikan hari kelahirannya sebagai hari yang istimewa. Atau sebagai hari yang setiap tahunnya harus diperingati. Sungguh pun, beliau sangat dicintai keluarga dan umatnya. Belliau tidak pernah meminta ....

 

Tapi Maulid Nabi, diperingati.

Karena ada keteladanan sifat, sikap, dan perilaku dalam diri manusianya. Ada kebaikan dan kebenaran yang diemban semasa hidupnya. Maulid Nabi, sungguh hanya untuk menegaskan sikap pengagungan dan penghormatan (ta‘zhîman wa takrîman) kita terhadap beliau. Karena kapasitas beliau sebagai nabi dan rasul Allah; manusia teragung, sebagai pembawa risalah sekaligus penebar rahmat bagi seluruh alam. Fakta ini, menjadikan beliau sangat istimewa dibandingkan dengan manusia yang lain. jadi, bukan hari lahirnya yang istimewa. Tapi manusianya, dengan segala sifat, sikap, dan perilakunya semasa hidup. Maulid, bukan soal hari lahir belaka ...

 

 

[caption id="attachment_388090" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Pribadi - Pengajian Yatim"][/caption]

Maulid Nabi diperingati.

Karena ada keteladanan yang beliau ajarkan. Dan itu pantas jadi pelajaran bagi manusia sekarang yang telah banyak meninggalkan sifat, sikap, dan perilaku kebaikan dan kebenaran. Entah karena apa bisa ditinggalkan? Karena uang, karena gaya hidup, karena kesombongan, karena ketamakan, karena status, karena pangkat jabatan, Atau karena apa ..... entahlah.

 

Sungguh, Maulid Nabi diperingati.

Untuk meneladani sikap dan perilaku belliau dalam berbagai aspek kehidupan. Tidak hanya menyangkut ibadah ritual dan akhlak saja. Tetapi mencakup berbagai muamalah yang dilakukannya seperti dalam bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan, hukum, dan pemerintahan. Beliau tidak hanya mengajarkan syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji secara benar; tetapi juga mengajarkan bagaimana mencari nafkah, melakukan transaksi ekonomi, menjalani pergaulan, hidup bersosial, menuntut ilmu untuk pendidikan, berpolitik, menerapkan hukum, dan hingga mengatur pemerintahan/negara secara benar. Banyak pelajaran yang bisa diperoleh dari beliau. Maulid, bukan soal hari lahir belaka.

 

Mau apa lagi manusia, kalau tidak mau "belajar" dari sejarah? Karena hari ini banyak sekali orang yang rajin "membawa buku" tai tidak pernah "membacanya". Atau berapa banyak orang yang bagus sekali tutur katanya, tapi sayang tidak pernah dilakukannya.

 

Maulid nabi diperingati. Karena Nabi manusia yang patut diteladani dan masih sangat relevan dengan realitas kehidupan saat ini.

 

Dikisahkan, ada seorang ibu tua buta yang setiap harinya selalu mencaci maki Nabi Muhammad. Padahal, baginda Nabi tidak pernah bertemu dengan ibu tua ini.

Suatu hari, baginda Nabi menghampiri si ibu tua buta. Lalu, memberinya makanan. Tangan baginda Nabi yang halus membuat si ibu tua bertanya, “siapakah gerangan yang memberi makan kepadanya?”

Namun karena hati si ibu tua sudah terlalu membenci baginda Nabi, tetap saja mulutnya terus mencaci dan menghina Nabi.

Setiap kali baginda Nabi melewati rumah ibu tua itu, beliau selalu menyempatkan singgah untuk memberikan makanan kepada ibu tua buta itu. Sampai akhirnya, Baginda Nabi Muhammad wafat, si ibu tua tidak mengetahuinya.

Akhirnya, tugas Nabi diambil alih sahabat Nabi untuk menyuapi si ibu tua itu.

Si ibu tua terperangah. Heran. Karena merasakan tangan si pemberi makan berbeda. Ibu tua berkata,”Kau bukan orang yang biasa memberi makan kepadaku. Dia memiliki tangan yang halus dan aku bisa merasakan hatinya yang lembut dan penuh kasih sayang".

Sahabat Nabi pun berkata, “Ketahuilah Bu. orang yang sering kau caci maki dan kau  hina adalah orang yang selalu memberi makan kepadamu. Ia sudah wafat, dialah Muhammad SAW ".
Maka, si ibu tua yang buta itu terkaget.  Tak mampu menahan tangisnya. Ternyata orang yang selama ini dia hina dan dicaci maki adalah orang yang menyuapinya. Akhirnya, si ibu tua pun mengucapkan dua kalimat syahadat.

 

Pertanyaannya, mampukan kita bersikap dan berperilaku seperti cerita di atas?

Belum tentu bisa. Tapi bukan berarti tidak bisa. Tinggal pilih peran mana yang akan kita lakukan? Mau menjadi lebih baik atau lebih buruk dari sekarang. Itu pilihan kita. Tapi meneladani sikap dan perilaku Nabi Muhammad bukanlah perkara mudah. Aalagi di tengah peradaban zaman yang seperti sekarang.

 

Sementara banyak orang memperingati hari lahir dengan makan-makan dan salam-menyalami. Bersuka cita, riang gembira. tentu saja itu boleh. Tapi sayang apabila substansi hari lahir tidak kita gunakan untuk introspeksi diri dan merenung agar bisa hidup lebih baik dari sebelumnya.

 

Maulid Nabi diperingati.
Karena kita bisa memetik beberapa pelajaran darinya, seperti:
1. Nilai spiritual agar kita terus meningkatkan spirirualitas dalam koridor agama dan keyainan baik yang diajarkan.
2. Nilai moral agar kita mendapat nasehat dan tuntutan moral dalam hidup untuk selalu lebih baik dari hari ke hari, dari waktu ke waktu.
3. Nilai sosial agar kita dapat membangun kepedulian sosial yang lebih besar untuk memberdayakan umat yang patut diberdayakan, membantu fakir miskin atau anak-anak yatim
4. Nilai persatuan agar selalu terjalin kehidupan umat yang harmoni dan rukun untuk membantun tatanan umat yang lebih baik dari sekarang.

 

Maulid Nabi, sunggu tidak terletak pada peringatannya. Tapi lebih kepada keteladanan Nabi yang bisa kita petik untuk kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Untuk esok dan masa depan anak dan cucu kita semua. Apapun, pasti ada nilai-nilai baik dan positif yang bisa kita peroleh untuk hidup ke depan yang lebih baik.

Itulah, sekedar renungan Maulid Nabi ..... agar kita bersiap diri menjadi lebih baik di sisa umur yang tersisa.

Umur kita, umur aku dan kamu tiada yang tahu sampai kapan batanya ....

Dan ketahuilah sahabat,

MEMPERBAIKI DIRI SENDIRI adalah alat yang paling ampuh untuk MEMPERBAIKI ORANG LAIN..... Insya Allah.

#BelajarDariOrangGoblok

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun