Mohon tunggu...
Syarief Hidaa
Syarief Hidaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah manusia yang lahir tahun 2000-an, sekarang sedang berkuliah dan berkerja entah akan menjadi apa akhirnya. Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional 2023

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dasar-Dasar Teori Marxisme dalam Studi Hubungan Internasional

20 Oktober 2024   21:48 Diperbarui: 20 Oktober 2024   22:16 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori dalam Hubungan Internasional selain Liberalisme, Neo-Liberalisme, Realisme, dan Neo-Realisme terdapat teori HI yang tak kalah penting yaitu Marxisme.

MARXISME

Marxisme adalah teori yang dikembangkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels pada abad ke-19, untuk memahami bagaimana masyarakat dan ekonomi bekerja. Teori  ini berpendapat bahwa masyarakat selalu terbagi dalam dua kelompok utama: kaum borjuis (orang-orang kaya yang memiliki alat produksi seperti pabrik dan tanah) dan kaum proletar (pekerja yang bekerja untuk untuk borjuis). 

Marx percaya bahwa sistem kapitalisme, dimana kelompok kaya mengendalikan sebagian besar kekayaan, menciptakan ketidakadilan dalam masyarakat. Ketika ketidakadilan ini semakin besar, menurut Marx, para pekerja akhirnya akan melakukan revolusi untuk menggantikan kapitalisme dengan sosialisme, di mana kekayaan dibagi secara lebih adil. 

Pada akhirnya, masyarakat tanpa kelas (komunisme) akan tercipta, dimana semua orang memiliki hak yang sama atas sumberdaya. Marxisme ini merupakan basic ideologi komunis karena bertentangan dengan kaum pemikiran kapitalisme.

NEO-MARXISME

Neo-Marxisme muncul sebagai versi baru dari Marxisme di abad ke-20. Teori tersebut berkembang dari teori Marxisme klasik, mengadaptasi dan memperluas konsep-konsep Karl Marx untuk menganalisis perubahan sosial dan ekonomi di dunia modern. 

Pemikir Neo-Marxisme, seperti Antonio Gramsci, melihat bahwa penindasan tidak hanya terjadi dibidang ekonomi, tetapi juga dalam budaya politik.  

Neo-Marxisme, seperti menambahkan gagasan bahwa kelas yang berkuasa tidak hanya mengendalikan kekayaan, tetapi juga mempengaruhi cara orang berfikir dan bertindak melalui budaya, media, dan pendidikan. 

Selain itu, Neo-Marxisme juga memperhatikan bentuk-bentuk ketidakadilan lain, seperti rasisme dan seksisme, yang bekerja sama dengan ketidakadilan ekonomi. Ini membuat Neo-Marxisme lebih luas dalam memahami masalah-masalah sosial di dunia modern.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun