Mohon tunggu...
Syarief Budi Aji[SBA]
Syarief Budi Aji[SBA] Mohon Tunggu... lainnya -

Rakyad sejati yang golput dan ingin mewujudkan tatanan Negara adil dan makmur berdasarkan firman Tuhan. Tidak punya aji mumpung dan ikut-ikutan. Dan berkeyakinan; Bahwa manusia pilihan Tuhan berbeda dengan manusia pilihan rakyat yang cuma ikut-ikutan memilih. \r\nSumber mulya,Talisayan, Berau, KALTIM.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Solusi, Bukan Basa-basi

8 April 2012   02:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:54 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai manusia normal, pasti jelas mengerti apa beda nya nasi basi dan nasi bagus. Begitu juga mestinya juga harus tahu; apa beda nya bahasa basi dan bahasa bagus. Supaya bisa menghindari, mana nasi yang enak di makan, dan mana yang perlu di buang. Begitu juga mana kata-kata bahasa bagus yang perlu di dengarkan dan di taati. Dan mana kata-kata bahsa basi yang perlu di dengarkan sambil lalu. Karena bila manusia tidak bisa membedakan antara basi, busuk, jelek, norak, dan. Bagus, baik, mulya, terpuji, maka tidak bisa di katakan bahwa kita tergolonng manusia normal. Tidak bisa menjadi pembeda, akhir nya tidak bisa menjadi bijaksana. Tidak bijaksana. Artinya tidak bisa menjadi hakim, tidak bisa adil, dan tidak bisa menjadi pengatur, penata, pemimpin, pengayom dan pembimbing masyarakat. Padahal kkita di cipta Tuhan; Katanya  di suruh menjadi pemimpin. Kullukum ro'in. Nah, kalau kita tida bisa duduk menjadi pembeda maka kita akan menjadi orang ngawur yang tidak bisa membedakan segala peraturan. Orang jahat di sebut jihat. Wanita lemah lembut di sebut wanita gagah,. Pemerintah korup di sebut bijaksana. Membodohi rakyat di sebut berjasa. Itulah sebab nya saya interopsi kepada para pembaca sekaligus menanggapi dan mendukung tulisan para kompasianer senior yang banyak menulis tentang politik dan demokrasi.  Banyak yang mengatakan dan menyampaikan bahwa politikus saat ini menghianati rakyat. Ada yang bilang; DPR bukan lagi dewan perwakilan rakyat tetapi dewan perwakilan koRuptor. Terus ada lagi yang bilang sekaligus menghimabau jangan lagi salah dalam memilih pemimpin. Semua penulis saya katakan benar, dan memang kenyataan nya seperti itu, tetapi yang lebih penting dari itu semua adalah SOLUSI NYA. kalau sekarang rakyat merasa di khianati; Solusi nya bagaimana.

Kalau DPR sudah dewan perwakilan koRuptor solusi nya bagaimana. . .?

Supaya tidak salah memilih Pemimpin; cara nya bagaimana. . .?

Ini yang perlu kita pikirkan. Supaya derama politik busuk seperti ini tidak terus berlangsung. Kalau toh masih berjalan jangan di beri kesempatan terlalu jauh. Karena rakyat bodoh yang cuman lulus SD katanya, dan tinggal di kampung yang jauh dari istana seperti saya ini contoh nya; Andaikan memberi solusi atau menyampaikan solusi juga tidak di terima sama tetangga. Alasanya kamu Cuma SD aja sok tahu. Dan ini wajar. Tetapi yang tidak wajar menurut saya adalah, kalau sudah menelan banyak kampus tapi juga tidak bisa memberi solusi ini yang parah. Lebih parah lagi, kalau orang yang sudah punya gelar panjang lebar, masih juga di bodohi atau malam membodohi. Ini pelecehan seksual nama nya. eh . . . ., pelecahan moral deh. Terus kalau ada yang menyarankan supaya tidak salah lagi memilih pemimpin lalu bagaimana cara nya. . .?   Karena selama ini para pemilih juga sudah yakin, bahwa pilihan nya yang palin tepat. Sedang yang di pilih semua juga dari golongan khasta sarjana. Semua bilang memperjuangkan nasib rakyat melarat semua juga bilang bersih, jujur dan tidak sombong. Jadi orang bodoh yang sebagian besar menghuni daratan nusantara ini, bisa nya ya Cuma mlongo saja. Karena semua kandidat bilang nya  orang TOP semua. Tapi jadi nya kok seperti sekarang ini. . .?      kami tunggu SOLUSI. . . . .NYA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun