Mohon tunggu...
Syarief Budi Aji[SBA]
Syarief Budi Aji[SBA] Mohon Tunggu... lainnya -

Rakyad sejati yang golput dan ingin mewujudkan tatanan Negara adil dan makmur berdasarkan firman Tuhan. Tidak punya aji mumpung dan ikut-ikutan. Dan berkeyakinan; Bahwa manusia pilihan Tuhan berbeda dengan manusia pilihan rakyat yang cuma ikut-ikutan memilih. \r\nSumber mulya,Talisayan, Berau, KALTIM.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Halusinasi Sang Satrio Piningit

17 Maret 2012   03:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:56 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halusinasi; Biasa nya sangat dekat dengan strees, depresi, atau kekalutan pikir seseorang. Begitulah mungkin yang di alami Sang Satrio piningit. Karena saking lama nya di pingit sistem, atau peradaban saat ini. Sehingga mencurah kan isi hatinya lewat tulisan yang mungkin tidak masuk nalar.

Pada malam jum’at kemarin Sang Satrio bangun malam seperti biasa. Duduk tenang di kegelapan malam yang sepi. Namun di dalam keheningan itulah timbul kegelisahan. Dan di dalam sepi ternyata ada keramaian hati yang seolah-olah tidak bisa di kendalikan diri. Maka Sang Satrio membiarkan “Jiwa Suci” nya mengembara dan berhalusinasi dengan cara mengundang, arwah para mantan presiden RI yang telah wafat.

Bung Karno dengan wajah sangat cerah datang dengan cepat dan pertama.Setelah berpelukan dan bersalam hangat ,Beliau saya persilahkan duduk.

Tidak lama berselang datang lah Gusdur dengan wajah yang tidak begitu cerah. Tapi berusaha tetap tersenyum lucu, juga datang. Tidak memeluk tapi bersalam-salaman dengan kami berdua. Kemudian kami persilahkan duduk. Sedangkan Bapak Pembangunan Indonesia, atau Jendral Bintang lima kita, belum tampak hadir.

Dengan tersenyum sangat ramah BK[Bung karno] rupanya tidak sabar menunggu datang nya sang Jendral Bintang lima. Beliau bertanya pada ku . . .

BK:Mas Syarief. . ., ada perlu apa memanggil ku. Kok tumben

SBA: Sebelum nya saya minta ma’af ya Bung juga Gus, saya menggangu ketenangan yang Mulya berdua.

BK: Ha ha ha, ini suatu kehormatan, sekaligus kebahagiaan bisa bertemu dengan Sampeyan.

GD: Nggk pa-pa. Gitu aja kok repot. Nggk usah sungkan Mas Syarief, ngomong aja. [ dengan mimik datar ]

SBA: Begini Bung, juga Gus, sebenar nya perasaan saya sudah sangat bosan menunggu waktu yang tidak jelas seperti ini. Menunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan. Hampir-hampir saya strees atau gila di buat nya. Bahkan semua orang yang merasa diri nya “waras” sudah menyatakan saya memang gila atau strees tidak hanya hampir.

BK: Mas Syarief, saya tahu anda adalah orang Takwa, yang pasti mempunyai kesabaran linuwih. Sabar dan tawakal itu pasti, selain petunjuk Tuhan. Saya yakin,tidak mungkin sampeyan stres atau gila. Tapi yang namanya ke gelisahan itu pasti di alami semua orang. Namanya juga perjuangan, pasti perlu pengorbanan. Namun yang paling sulit dan berat adalah pengorbanan “harga diri”. Karena memang setiap hari harus menerima hinaan dan cacian serta perendahan martabat.

GD: Cuek aja Mas Syrief. . ., biar aja anjing menggonggong. Tidak lama juga berlalu.

SBA: Sebenar nya begini Bung dan juga Gus; Saya ingin tatanan Negaa ini di sempurnakan. Ini bukan berarti saya tidak menghargai kerja keras pendiri Bangsa ini. Atau saya merendahkan hasil olah pikir para “Beliau” . . ., tidak. Tetapi karena saya seolah-olah mendapat petunjuk dari yang Kuasa untuk menyempurnakan sistem dan menata kembali sistem Negara. Inilah sebab nya saya mengundang Engkau berdua dan bertiga sebenar nya, tetapi tidak tahulah sampai saat ini Bapak Sueharto belum datang. Disinilah duduk persoalan nya Bung dan juga Gus, seperti nya Masyarakat bangsa ini tidak bisa atau belum bisa menerima tawaran saya tentang perubahan tersebut. Mungkin mereka menilai perubahan identikk dengan kehancuran. Atau mungkin pendapat orang-orang yang merasa “pintar dan waras” menilai pikiran saya adalah sampah.

BK: Yaaa.. . Maklum. Tapi sebelum nya saya minta ma’af ya Mas Syarief; Kenapa. . . , menjelang keberangkatan ku ke alam barzah ini, saya tidak berpesan kepada anak-anak ku, atau bangsa ku. Supaya suatu saat nanti bila ada perubahan atau penyempurnaan sistem Negara, jangan langsung menolak atau menjadikan permasalahan. Memang seharus nya orang-orang yang masih hidup di dunia itu, punya hak, bahkan berkewajiban menyempurnakan segala peraturan. Termasuk peraturan yang di buat oleh orang-orang yag sudah mati. Itu namanya kreatifitas yang perlu di musyawarahkan.

GD: Memang orang-orang hidup itu suka berbohong. Katanya ingin perubahan, begitu di tawarin perubahan juga cuma bengong. Katanya suka di pimpin orang sederhana, begitu ada orang sederhana juga Cuma di hina. Memang susah ngurus orang-orang tua yang jiwa nya kayak anak-anak TK itu. Senang nya Cuma ribut.

BK: Mungkin rakyat masih menunggu peruban, yang datang nya harus dari Senayan atau Istana barangkali. . . he he he. Tapi Mas Syarief. . ., menurut mu sistem Negara akan sampeyan sempurnakan seperti apa sih. . .?

SBA: Pada garis besar nya Bung, sudah saya tulis dan saya publikasikan dengan judul: Konsep membangun negara adil dan makmur juga terangkum dalam judul Andai. . .aku jadi presiden. Tetapi arti klimaks nya, serta kebijakan-kebijakan yang lain jelas masih tersimpan di kepala dan hati kami. Itulah yang menjadikan kami menuggu waktu, menunggu kesadaran bangsa ini untuk bisa menerima perubahan tersebut.

Tiba-tiba Bapak Sueharto datang di majelis kami. Terlambat. Seperti nya ingin mengucapkan salam. Tapi. . . .aduuuh. . .susah banget. Kelihatan sangat bingung dan mukanya sangat merah. Sulit bicara. Kami bertiga, agak bengong. Tapi, sangat kasihan melihat keadaan Beliau. Tidak bersalaman dengan BK dan GD. Cuma berusaha salaman dengan saya, itupun sangat sulit menggerakan tangan. Sungguh kasihan. Dan kedatangan Beliau, justru mengakhiri pertemuan kita,. Sayup-sayup terdengar Adzan susbuh.

Salam kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun